Selasa, 29 Januari 2013

Teknik Sipil dan Struktur Bangunannya


Teknik Sipil

Teknik sipil adalah salah satu cabang ilmu teknik yang mempelajari tentang bagaimana merancang, membangun, merenovasi tidak hanya gedung seperti bangunan biasanya dikonotasikan dengan rumahgedung ataupun segala sarana, prasarana atau infrastruktur dalam kebudayaan atau kehidupan manusia dalam membangun peradabannya seperti halnya jembatan dan konstruksinya serta rancangannya, jalan, sarana telekomunikasi. Umumnya sebuah peradaban suatu bangsa dapat dilihat dari teknik teknik bangunan maupun sarana dan prasarana yang dibuat ataupun ditinggalkan oleh manusia dalam perjalanan sejarahnya.
Karena bangunan berkaitan dengan kemajuan peradaban manusia, maka dalam perjalanannya, manusia memerlukan ilmu atau teknik yang berkaitan dengan bangunan atau yang menunjang dalam membuat suatu bangunan. Perkembangan Ilmu pengetahuan tidak terlepas dari hal tersebut seperti halnya arsitekturteknik sipil yang berkaitan dengan bangunan. Bahkan penggunaan trigonometri dalam matematika juga berkaitan dengan bangunan yang diduga digunakan pada masa Mesir kuno dalam membangun Piramida. Bahkan pada masa sekarang, bangunan bangunan berupa gedung tinggi dianggap merupakan ciri kemajuan peradaban manusia.
Pada awalnya manusia hanya memanfaatkan apa yang ada di alam sebagai sarana dan prasarana ataupun infrastruktur dalam kehidupannya. Seperti halnya memanfaatkan gua sebagai tempat tinggal. Kemudian memanfaatkan apa yang ada di alam sebagai bahan-bahan untuk membuat infrastruktur seperti halnya batu, tanah dan kayu. Kemudian setelah ditemukan bahan bahan tambang yang dapat digunakan untuk membuat alat atau benda yang menunjang sebuah bangunan seperti halnya barang logam dan mengolah bahan bahan alam seperti mengolah batuan kapur, pasir dan tanah. Dalam perkembangannya, manusia membuat bahan bahan bangunan dari hasil industri atau buatan manusia yang bahan-bahannya bakunya diambil dari alam.
dan , tetapi juga mencakup lingkungan untuk kemaslahatan hidup manusia seperti Infrastruktur fisik dan sosial adalah dapat didefinisikan sebagai kebutuhan dasar fisik pengorganisasian sistim struktur yang diperlukan untuk jaminan ekonomi sektor publik dan sektor privat [1] sebagai layanan dan fasilitas yang diperlukan [2] agar perekonomian dapat berfungsi dengan baik [3] Istilah ini umumnya merujuk kepada hal infrastruktur teknis atau fisik yang mendukung jaringan struktur seperti fasilitas antara lain dapat berupa jalankereta apiair bersihbandarakanalwaduktanggulpengelolahan limbahperlistrikantelekomunikasipelabuhan secara fungsional, infrastruktur selain fasilitasi akan tetapi dapat pula mendukung kelancaran aktivitas ekonomi masyarakat, distribusi aliran produksi barang dan jasa sebagai contoh bahwa jalan dapat melancarkan transportasi pengiriman bahan baku sampai ke pabrik kemudian untuk distribusi ke pasar hingga sampai kepada masyarakat. dalam beberapa pengertian, istilah infrastruktur termasuk pula infrastruktur sosial kebutuhan dasar seperti antara lain termasuk sekolah dan rumah sakit.[4] bila dalam militer, istilah ini dapat pula merujuk kepada bangunan permanen dan instalasi yang diperlukan untuk mendukung operasi dan pemindahan
Teknik sipil mempunyai ruang lingkup yang luas, di dalamnya pengetahuan matematikafisikakimiabiologigeologilingkungan hingga komputer mempunyai peranannya masing-masing. Teknik sipil dikembangkan sejalan dengan tingkat kebutuhan manusia dan pergerakannya, hingga bisa dikatakan ilmu ini bisa merubah sebuah hutan menjadi kota besar.
Struktural: Cabang yang mempelajari masalah struktural dari materi yang digunakan untuk pembangunan. Sebuah bentuk bangunan mungkin dibuat dari beberapa pilihan jenis material seperti baja, beton, kayu, kaca atau bahan lainnya. Setiap bahan tersebut mempunyai karakteristik masing-masing. Ilmu bidang struktural mempelajari sifat-sifat material itu sehingga pada akhirnya dapat dipilih material mana yang cocok untuk jenis bangunan tersebut. Dalam bidang ini dipelajari lebih mendalam hal yang berkaitan dengan perencanaan struktur bangunanjalanjembatanterowongan dari pembangunan pondasi hingga bangunan siap digunakan.
  • Geoteknik: Cabang yang mempelajari struktur dan sifat berbagai macam tanah dalam menopang suatu bangunan yang akan berdiri di atasnya. Cakupannya dapat berupa investigasi lapangan yang merupakan penyelidikan keadaan-keadaan tanah suatu daerah dan diperkuat dengan penyelidikan laboratorium.
  • Manajemen Konstruksi: Cabang yang mempelajari masalah dalam proyek konstruksi yang berkaitan dengan ekonomi, penjadwalan pekerjaan, pengembalian modal, biaya proyek, semua hal yang berkaitan dengan hukum dan perizinan bangunan hingga pengorganisasian pekerjaan di lapangan sehingga diharapkan bangunan tersebut selesai tepat waktu.
  • Hidrologi: Cabang yang mempelajari air, distribusi, pengendalian dan permasalahannya. Mencakup bidang ini antara lain cabang ilmu hidrologi air (berkenaan dengan cuaca, curah hujan, debit air sebuah sungai dsb), hidrolika (sifat material air, tekanan air, gaya dorong air dsb) dan bangunan air seperti pelabuhan,irigasiwaduk/bendungan(dam), kanal.
  • Teknik Lingkungan: Cabang yang mempelajari permasalahan-permasalahan dan isu lingkungan. Mencakup bidang ini antara lain penyediaan sarana dan prasarana air besih, pengelolaan limbah dan air kotor, pencemaran sungai, polusi suara dan udara hingga teknik penyehatan.
  • Transportasi: Cabang yang mempelajari mengenai sistem transportasi dalam perencanaan dan pelaksanaannya. Mencakup bidang ini antara lain konstruksi dan pengaturan jalan raya, konstruksi bandar udaraterminalstasiun dan manajemennya.
  • Informatika Teknik Sipil: Cabang baru yang mempelajari penerapan Komputer untuk perhitungan/pemodelan sebuah sistem dalam proyek Pembangunan atau Penelitian. Mencakup bidang ini antara lain dicontohkan berupa pemodelan Struktur Bangunan (Struktural dari Materi atau CAD), pemodelan pergerakan air tanah atau limbah, pemodelan lingkungan dengan Teknologi GIS (Geographic information system).
Keluasan cabang dari teknik sipil ini membuatnya sangat fleksibel di dalam dunia kerja. Profesi yang didapat dari seorang ahli bidang ini antara lain: perancangan/pelaksana pembangunan/pemeliharaan prasarana jalan, jembatan, terowongan, gedung, bandar udara, lalu lintas (darat, laut, udara), sistem jaringan kanal, drainase, irigasi, perumahan, gedung, minimalisasi kerugian gempa, perlindungan lingkungan, penyediaan air bersih, survey lahan, konsep finansial dari proyek, manajemen projek dsb. Semua aspek kehidupan tercangkup dalam muatan ilmu teknik sipil.
Perbedaan dari arsitek, terletak pada posisi ahli teknik sipil dalam sebuah proyek. Arsitek menyumbangkan rancangan, ide, kemungkinan pelaksanaan pembangunan di atas kertas. Hasil rancangan tersebut diserahkan selanjutnya kepada staf ahli bidang teknik sipil untuk pelaksanaan pembangunan. Tahapan ini, ahli teknik sipil melakukan perbaikan/saran dari pelaksanaan perencanaan, koordinasi dalam proyek, mengamati jalannya proyek agar sesuai dengan perencanaan. Selain itu, ahli teknik sipil juga membangun konsep finansial dan manajemen proyek atas hal-hal yang mempengaruhi jalannya proyek.
Ahli teknik sipil tidak hanya berurusan dengan pembangunan sebuah proyek bangunan, tetapi di bidang lain seperti yang berkaitan dengan informatika, memungkinkan untuk memodelisasi sebuah bentuk dengan bantuan program CAD, pemodelan kerusakan akibat gempa, banjir. Hal ini sangat penting di negara maju sebagai tolak ukur kelayakan pembangunan sebuah bangunan vital yang mempunyai risiko dapat menelan korban banyak manusia seperti reaktor nuklir atau bendungan, jika terjadi kegagalan perencanaan teknis. Rancangan bangunan tersebut biasanya dimodelkan dalam komputer dengan diberikan faktor-faktor ancaman bangunan tersebut seperti gempa dan keruntuhan struktur material. Peran ahli teknik sipil juga masih berlaku walaupun fase pembangunan sebuah gedung telah selesai, seperti terletak pada pemeliharaan fasilitas gedung tersebut.
Perkuliahaan (tatap muka) sipil (ketiga)
Pokok bahasan:
STRUKTUR BANGUNAN TEKNIK SIPIL
Sub. Pokok bahasan:
  1. Jenis gambar pasangan batu bata
  2. Pengertian kelompok bangunan teknik sipil
  3. Gambar susunan pelapisan jalan
  4. Kegiatan pra pondasi dan pondasi dangkal
  • Sebagai kelanjutan dari pasangan batu bata, ada lagi jenis pasangan dinding bata dengan macam – macam pasangan, yang penyusunan batanya dikombinasikan dengan pilaster khusus untuk pasangan bata ½ batu.
Pengertian pilaster adalah pasangan kolom dengan satu bata, prinsipnya tentang pasangan dinding bata tetap harus dipasang bertangga artinya siar tegaknya harus terpasang zig – zag.
  • Pengertian kelompok bangunan Teknik Sipil menurut Manajemen Konstruksi adalah jenis bangunan yang mempunyai ciri – ciri;
    • Proyek Konstruksi/ Infrastrukturnya dilaksanakan untuk mengendalikan alam agar berguna untuk kepentingan manusia.
    • Pekerjaan pembangunannya dilaksanakan pada lokasi yang luas atau panjang dan kondisi pondasi sangat berbeda satu sama lain dalam suatu proyek konstruksi.
Contoh: jalan, jembatan, dermaga, pelabuhan, jalan rel kereta api, dan lain – lain.
Pasangan tembok ½ bata dengan pilaster
Dalam pelaksanaan pekerjaan pasangan tembok, tembok batu diberi pilaster. Pilaster ini gunanya untuk memperkuat kedudukan tembok agar kuat mendukung beban di atasnya. Pasangan pilaster pada umumnya dipasang ditempat – tempat tertentu dengan ukuran sesuai kebutuhan, ada kalanya pilaster sebagai hiasan (pemanis) ruangan belaka.
Cara memasang pilaster tetap mengacu pada ikatan pasangan yang berlaku untuk tebal tembok yang telah ditentukan oleh ukuran pilaster tersebut, sedang ikatan untuk tembok disebelahnya tetap digunakan seperti aturan terdahulu.
Untuk itu diberikan beberapa contoh pilaster pada pertemuan ½ batu. Dengan penggambaran siar satu garis.
  1. Tembok lurus ½ bata pakai pilaster dengan batas pasangan gigi bertangga.

  1. Pertemuan tembok sudut, ikatan ½ batu pakai pilaster.
  1. Pertemuan tembok ½ batu bentuk T pakai pilaster.
    • Gambar susunan pelapisan jalan:
a. Konsturksi perkerasan lentur (Flexible Pavement)
Aspal – Surface
Batu pecah – Base
Sirtu – Sub. Base
Tanah dasar – Sub.
Garde
b. Konstruksi perkerasan kaku (Rigid Pavement)
Beton K-
375 –
Surface
Sirtu – Sub.
Base
Tanah dasar – Sub. Grade
Secara umum pelapisan konstruksi jalan dapat juga digambarkan sebagai berikut;
Aspal/ hotmix
Penetrasi / stainslaag
Onderlaag
Pasir urung padat
Tanah dasar
  • Kegiatan Pra Pondasi mencakup pekerjaan sebagai berikut;
    • Uitzet atau pengukuran dan pembuatan patok batas tanah.
    • Perataan muka tanah, karena permukaan tanah tidak bisa dipastikan rata.
    • Pemasangan bouwplank/ papan piket dan patok peil sebagai pedoman ketinggian muka lantai.
    • Pembuatan pagar pengaman dilokasi pekerjaan, jika pembangunan yang akan dikerjakan besar dan ada beberapa blok yang akan dibangun.
    • Blok Plan dan Advice Planning hal yang sangat penting untuk diurus dan dipersiapkan, sebab pengurusannya ke Suku Dinas Tata Kota, harus diantisipasi dari awal pengurusan administrasinya, yang nantinya untuk keperluan pengurusan Izin Mendirikan Bangunan (IMB).
Untuk lebih rinci tahapan pengerjaan pada pekerjaan pra pondasi dapat dijelaskan sebagai berikut, agar nanti pada saat mulai kepada pekerjaan galian tanah pondasi dan pembuatan pondasinya dapat berjalan sesuai dengan gambar rencana.
      • Pekerjaan Pra Pondasi:
        • Sebelum melakukan penggalian tanah pondasi umumnya kita melakukan kegiatan perataan muka tanah, karena kontur muka tanah belum dapat diartikan rata semua. Setelah muka tanah diratakan baru tahap persiapan pekerjaan bouwplank kita tentukan dimana ketinggian papan piket harus sesuai dengan peil lantai yang kita rencanakan sesuai dengan gambar perencanaan.
        • Pengertan bouplank, dibuat keperluannya untuk hal – hal sebagai berikut;
    1. penentuan ketinggian peil lantai kurang lebih 0,00 dari muka tanah (MT).
    2. Membantu untuk “Kesibukan” bangunan yang akan didirikan.
    3. Dapat membantu dalam pasangan dinding bata dari as. ke as.
      • Pembuatan patok peil sebagai pedoman ketinggian lantai/ peil lantai kurang lebih 0,00, jadi permukaan patok peil harus sama tinggi dengan permukaan bouwplanknya.
      • Antara bouwplank dan patok peil sama – sama punya fungsi yang sama, didalam pelaksanaan suatu pekerjaan jika pekerjaan pengecoran beton sloof selesai, maka bouwplank boleh dibuka/ dibongkar dengan catatan pada tempat – tempat tertentu sudah diberi tanda dengan meni (▼) sebagai pembatas. Untuk pasangan dinding bata dalam pengaturan tata ruang pada denah bangunan yang sebang dibangun.
Gambar patok peil:
Peil lantai kurang lebih 0,00
MT= Muka Tanah
Ketinggian patok peil berdasarkan dari patok peil yang dibuat oleh D.P.U dari pedoman Peil Banjir dan setiap wilayah bervariasi tinggi atau rendahnya.



  • Pondasi dangkal:
    • Pada umumnya pondasi dangkal ditempatkan untuk bangunan yang sederhana atau bangunan tidak bertingkat bisa juga disebut bangunan berlantai satu.
    • Dimensi suatu pondasi ditentukan dari faktor pembebanannya dan juga jenis tanahnya, pondasi merupakan bagian dari konstruksi bangunan yang berfungsi sebagai pemikul atau menahan beban bangunan keseluruhan.
    • Pada dasarnya pembebanan bangunan dapat digambarkan sebagai berikut;
  1. Berat mati atau berat sendiri.
  2. Berat/ beban hidup. Karena adanya penghuni / orang – orang termasuk peralatan/ barang – barang yang ada dalam bangunan tersebut.
  3. Berat/ beban lateral, berat ini diakibatkan dari pengaruh angin dan hujan serta akibat gempa bumi.
    • Dalam perencanaan gambar konstruksi ada bagian – bagian komponen konstruksi bangunan yang harus diperhatikan, prinsip – prinsip keseimbangan struktur harus diperhaitkan dari besar momen yang terjadi pada suatu bentuk struktur.
    • Kegiatan pekerjaan podasi atau disebut sub. Structure, sedangkan bagian konstruksi bangunan diatas MT (muka tanah) disebut upper structure.
Variant I. Variant II.
Pondasi dangkal pasangan batu kali 1 Pc:4 Ps
Disamping dengan dua jenis variant diatas, masih ada beberapa pondasi dangkal sebagai berikut, dengan macam – macam bentuknya, yaitu;
  1. Pondasi menerus
  2. Pondasi setempat
  3. Pondasi gabungan
  4. Pondasi plat
    • Pondasi menertus: (0,80 – 1,20 m) dari MT
Pondasi gabungan batu kali dan werkfloor .
    • Macam – macam perkuatan untuk pondasi dangkal dapat dibuat mengingat kondisi tanah yang kurang baik, misalnya lembek atau tanah bekas rawa – rawa.

Sistem Drainase Sumur Resapan



Pada postingan saya yang sebelumnya saya sudah mengenalkan tentang sistem drainase sumur resapan. Seperti yang sudah saya janjikan diakhir artikel tersebut, pada postingan sistem drainase sumur resapan bagian II kali ini saya akan menunjukkan pada anda tentang berapa volume air yang hilang akibat proses pembangunan kawasan perumahan dan sarana publik lainnya seperti jalan raya. Prinsip-prinsip dalam dunia konstruksi biasanya mengalami kontradiksi dengan konservasi sumber daya air, contohnya pada proses pembangunan jalan raya.. Lapisan Surface/Pavement pada jalan raya dibuat dengan tujuan agar air dari luar permukaan langsung dialirkan ke saluran drainase disisi kiri dan kanan jalan sehingga tidak masuk ke dalam struktur perkerasan jalan dibawah pavement. Akibatnya pada musim hujan, air dalam volume yang besar tidak diresapkan kedalam tanah dan langsung dibuang/dilimpaskan ke daerah limpasan. Akibatnya, pada musim hujan akan terjadi masalah banjir di daerah-daerah limpasan dan pada musim kemarau, daerah potensial tadahan air menjadi kekurangan air karena air yg harusnya disimpan sebagai cadangan pada musim hujan langsung dilimpaskan begitu saja. Tanpa banyak berbasa-basi saya akan langsung menunjukkan bagaimana sumber daya air yang seharusnya begitu berharga malah berbalik menjadi sumber masalah yang rutin terjadi..
1. Kehilangan Air Akibat Konstruksi Rumah Tinggal
Kavling 10 m x 15 m
(Gbr 1 : Denah bangunan rumah tinggal )
Dari gambar diatas diketahui Panjang : 15,00 m dan lebar 10, 00 m.
Luas Bangunan : 10 m x 15 m –> A = 150 m2
Jika Tanah seluas 150 m2 dibebani hujan dengan intensitas (I) : 180 mm/hr , maka jumlah air hujan yang hilang akibat lahan yang tertutup bangunan adalah sebesar:
I = 180 mm/hr
I = 0.18/(24 x 60)
I = 0.000125 m/jam
Jumlah (Volume) air hujan yang hilang sebesar:
V = 0.000125 x 150
V = 0.01875 m3
Jika dalam 1 kawasan hunian terdapat 1000 rumah, maka Volume air yang berpotensi untuk hilang akibat lahan yang tertutup oleh bangunan adalah sebesar :
V lost = 0.01875 m3 x 1000
V lost = 18,75 m3
V lost = 18.750 liter
Kalau diasumsikan hujan terjadi selama 10 jam, maka volume air yang hilang adalah sebesar :
V lost = 18.750 liter x 10
V lost = 187.500 liter
Sekarang coba kita asumsikan jika hujan tersebut terjadi diaerah (yang seharusnya menjadi daerah ) imbuhan air hujan seperti misalnya kota Bogor.
Dari data didapatkan luas wilayah Kota Bogor sebesar : 118 km2 = 118.500.000 m2 . Kita asumsikan 80% wilayah kota Bogor telah dimanfaatkan untuk bangunan dan fasilitas publik, maka volume air yang yang hilang akibat bangunan dan fasilitas publik adalah sebesar :
V lost = (0,8 x 118.500.000 m2) x 0,000125 m
V lost = 94.800 m2 x 0,000125 m
V lost = 11.850 m3
V lost = 11.850.000 liter
Jika Hujan terjadi selama 5 jam, maka volume air yang hilang adalah sebesar :
V lost = 11.850.000 liter/jam x 5 jam
V lost = 59.250.000 liter
Jika hujan terjadi selama 10 jam, maka volume air yang hilang adalah sebesar :
V lost = 11.850.000 liter/jam x 10 jam
V lost = 118.500.000 liter ~ 119.000.000 liter
Mungkin sebagian dari yang membaca hasil perhitungan diatas menganggap angka-angka diatas tidak terlalu signifikan, tetapi saya katakan bahwa angka-angka tersebut baru mencari volume air yang hilang akibat bangunan (rumah tinggal), selanjutnya akan saya munculkan besar nya volume air yang hilang akibat sarana public, dalam hal ini saya mengambil konstruksi jalan raya antara Bogor-Jakarta.
2. Kehilangan Air Akibat Konstruksi Jalan
Potongan Melintang Jalan Raya
(Gbr 2 : Potongan melintang Konstruksi Jalan dan Tampak Atas)
Diasumsikan Type jalan adalah : Arteri ; 2 Jalur 2 Arah
Lebar Jalan = 12,00 m
Panjang Badan Jalan ( Bogor-Jakarta ) = 88 km –> 88.000 m
Luas Badan Jalan = 88.000 m x 12 m
A = 1.056.000 m2
Jika Konstruksi jalan tersebut dibebani hujan dengan intensitas (I) = 180 mm/hr –> 0,000125 m/jam
I= 0,000125 m/jam. Berarti tinggi muka air akibat hujan selama 1 jam = 0,000125 m.
Volume air yang hilang (V lost) = 1.056.000 m2 x 0,000125 m
V lost = 132 m3
V lost = 132.000 liter
Jika hujan yang terjadi selama 10 jam, maka volume air yang hilang adalah sebesar :
–> V lost = 132.000 liter/jam x 10 jam
–> V lost = 1.320.000 liter
Direncanakan penggunaan sumur resapan untuk mengimbuhkan air hujan kedalam tanah, diasumsikan dimensi sumur resapan yang akan dipergunakan adalah : diamater (d) : 40 cm dan tinggi (h) : 100 cm.
Volume Sumur Resapan = (1/4 x phi x d^2) x h
Volume Sumur Resapan = (1/4 x 3,14 x 0,4^2) x 1
Vol’ Sumur = 0, 1256 m3 ~ 0,126 m3
Vol’ Sumur = 126 liter …………………………………………………………. Cara (1)
Cek dgn Rumus Volume Silinder –> V= phi x r^2 x h
Volume Sumur Resapan = 3,14 x 0,2^2 x 1
Vol’ Sumur = 0, 1256 m3 ~ 0,126 m3
Vol’ Sumur = 126 liter …………………………………………………………. Cara (2)
Kontrol –> Cara (1) dan Cara (2) hasilnya sama : 0,126 m3 = 126 liter –> Ok..!!
Jika volume hilang air hujan akibat perumahan dan akibat jalan dijumlahkan, maka total volume air hujan yang hilang akibat hujan selama 10 jam adalah sebesar :
V lost = (119.000.000 liter + 1.320.000 liter)
V lost = 120. 320.000 liter, jika dalam meter kubik (m3) –> V lost = 120.320 m3
Jumlah Sumur Resapan yang dibutuhkan sepanjang 88 km :
n = (120. 320.000 liter /126) / 88
n = 10.851,37 ~ 10.852 buah
Jika sumur resapan akan dipasang pada saluran drainase sisi kiri dan sisi kanan jalan, maka pada saluran drainase kiri dipasang 5.426 buah sumur resapan dan dibagian kanan juga 5.426 buah.
Jarak antar sumur resapan (s) = 88.000 m / 5.426 buah
s = 16, 22 ~ 16,20 meter
–> Jadi sumur resapan dipasang dengan jarak antar sumur (s) : 16,20 meter.
Saya sempat berhenti sejenak ketika melihat angka-angka diatas, Saya yakin anda mengerti maksud saya, hanya dengan durasi hujan 10 jam saja, volume air yang akan dilimpaskan ke Jakarta sudah sebesar : 120. 320.000 liter (120.320 m3) . Pertanyaan yang muncul di otak saya adalah :
  • Bagaimana jika daerah-daerah tangkapan air hujan yang lain (selain Bogor) juga ikut “mengirimkan” air limpasan dengan volume yang (mungkin) lebih besar ke Jakarta..?
  • Bagaimana jika volume air limpasan dari daerah-daerah tangkapan air hujan yang lain juga dimasukkan sebagai variabel dalam perencanaan sistem drainase sumur resapan part II ini..?
  • Bagaimana jika hujan di daerah-daerah imbuhan/tangkapan air terjadi selama 1 hari penuh (24 jam)..? Bagaimana jika hujan terjadi selama 2 hari penuh (48 jam)..? Tentu Volume air yang akan “dikirim” Jakarta akan jauh lebih besar..
Tapi untuk menjawab 3 pertanyaan diatas tentu tidak sesederhana yang dibayangkan, butuh variabel-variabel data yang akurat dan proses perhitungan/perencanaan yang lebih kompleks tentunya..
Hasil dari perhitungan-perhitungan (perencanaan) diatas, selanjutnya di integrasikan dalam bentuk gambar seperti gambar dibawah ini :
Penampang Melintang Jalan dan Penempatan Sumur Resapan
Gbr3 : Konstruksi Jalan–Potongan melintang, tampak atas , penempatan sumur resapan dan dimensi)
Pada proses perencanaan diatas, saya menyebutkan kota Bogor sebagai daerah imbuhan (tangkapan) air hujan, dan Jakarta sebagai kota limpasan. Pertanyaan yang muncul dari hal tersebut adalah, apakah perencanaan diatas dapat dijadikan solusi mengatasi masalah banjir yang belakangan sering melanda kota Jakarta? Jawaban saya adalah : Kota Jakarta sendiri berhadapan dengan bahaya banjir akibat beban guyuran air hujan yang melanda kota tersebut. Selain itu, masalah lain kota Jakarta adalah kondisi tanah dan topografi daerah yang berbentuk cekungan. Untuk masalah ini, tentunya perencanaan diatas tidak dapat dipergunakan sebagai solusi..Apakah ada solusi yang lain..?? Yah tentu saja ada, karena solusi masalah berkaitan dengan hal-hal yang bersifat teknis..dan setiap insinyur dan perencana diarahkan dan dikondisikan untuk selalu bisa menyelesaikan masalah-masalah teknis.
Untuk masalah banjir di Jakarta yang diakibatkan karena topografi daerahnya yang berbentuk cekungan, solusi yang mungkin adalah sistem drainase pipa resapan atau dengan membuat sistem kanal banjirseperti yang sudah ada saat ini. Tetapi sistem kanal banjir juga harus didukung oleh perilaku masyarakat untuk tertib menjaga kebersihan lingkungan, yaitu tidak membuang sampah ke daerah kanal banjir yang aslinya diperuntukkan sebagai sistem drainase pencegah banjir.
Sementara perencanaan sistem drainase sumur resapan diatas dimaksudkan hanya untuk mengurangi volume air hujan kiriman dari daerah imbuhan seperti Bogor ke daerah limpasan seperti Jakarta, yang mana selama ini dianggap bahwa banjir di kota Jakarta terjadi akibat air hujan kiriman dari daerah-daerah tangkapan /imbuhan di kota-kota sekitarnya.
Diakhir tulisan ini, saya kembali menekankan bahwa angka-angka hasil perhitungan diatas bukanlah hasil yang absolut. Kenapa saya katakan demikian? karena variabel-variabel yang dipergunakan mungkin saja kurang lengkap dan dapat berubah. Seperti prosentase penggunaan lahan sebagai area imbuhan air hujan, dimensi jalan raya, intensitas hujan, durasi hujan, dimensi sumur resapan yang akan dipergunakan, ketelitian saat menghitung angka-angka (saya sendiri juga tidak yakin apa hitungan-hitungan diatas sudah teliti atau belum), dsb. Satu hal yang bisa saya pastikan pada anda semua adalah, variabel-variabel yang dipergunakan dalam proses perencanaan sistem drainase sumur resapan dapat saja berubah, dirubah, atau dimodifikasi.. 

SEJARAH KONSTRUKSI JALAN


                    

Dalam sejarahnya, berbagai macam teknik digunakan untuk membangun jalan raya. DiEropa Utara yang repot dengan tanah basah yang berupa "bubur", dipilih jalan kayu berupa gelondongan kayu dipasang diatas ranting, lalu diatasnya disusun kayu secara melintang berpotongan untuk melalui rintangan tersebut.
Di kepulauan Malta ada bagian jalan yang ditatah agar kendaraan tidak meluncur turun. Sedangkan masyarakat di Lembah Sungai Indus, sudah membangun jalan dari bata yang disemen dengan bituna (bahan aspal) agar tetap kering. Dapat dikatakan, pemakaian bahan aspal sudah dikenal sejak milenium ke 3 sebelum masehi dikawasan ini, terbukti diMahenjo Daro, Pakistan, terdapat penampung air berbahan batu bata bertambalkan aspal.
Konstruksi jalan Bangsa Romawi berciri khas lurus dengan empat lapisan. Lapisan pertama berupa hamparan pasir atau adukan semen, lapisan berikutnya berupa batu besar datar yang kemudian disusul lapisan kerikil dicampur dengan kapur, kemudian lapisan tipis permukaan lava yang mirip batu api. Ketebalan jalan itu sekitar 0,9-1,5 m. Rancangan Jalan Romawi tersebut termasuk mutakhir sebelum muncul teknologi jalan modern di akhir abad XVIII atau awal abad XIX. Sayangnya jalan itu rusak ketika Romawi mulai runtuh.
Seorang Skotlandia bernama Thomas Telford (1757 - 1834) membuat rancangan jalan raya, di mana batu besar pipih diletakan menghadap ke atas atau berdiri dan sekarang dikenal dengan pondasi jalan Telford.  Konstruksi ini sangat kuat terutama sebagai pondasi jalan, dan sangat padat karya karena harus disusun dengan tangan satu per satu. Banyak jalan yang bermutu baik dengan konstruksi Telford, tetapi tidak praktis memakan waktu.
Oleh sebab itu ada konstruksi berikutnya oleh John Loudon Mc Adam (1756-1836). Konstruksi jalan yang di Indonesia dikenal dengan jalan Makadam itu lahir berkat semangat membuat banyak jalan dengan biaya murah. Jalan tersebut berupa batu pecah yang diatur padat dan ditimbun dengan kerikil. Jalan Makadam sangat praktis, batu pecah digelar tidak perlu disusun satu per satu dan saling mengunci sebagai satu kesatuan.
Di akhir abad ke XIX, seiring dengan maraknya penggunaan sepeda, pada 1824 dibangun jalan aspal namun dengan cara menaruh blok-blok aspal. Jalan bersejarah itu dapat disaksikan di Champ-Elysess, Paris, Perancis. Jalan aspal yang bersipat lebih plastis atau dapat kembang susut yang baik terhadap perubahan cuaca dan sebagai pengikat yang lebih tahan air.
Di Skotlandia, hadir jalan beton yang dibuat dari semen portland pada 1865. Sekarang banyak jalan tol dengan konstruksi beton (tebal minimum 29 cm) dan tahan hingga lebih dari 50 tahun serta sangat kuat sekali memikul beban besar.
Jalan Aspal modern merupakan hasil karya imigran Belgia Edward de SmedtNew York. Pada tahun 1872, ia sukses merekayasa aspal dengan kepadatan maksimum. Aspal itu dipakai di Battery Park dan Fifth Avenue, New York, tahun 1872 dan Pennsylvania Avenue,Washington D.C pada tahun 1877. di Columbia University,
Pada saat ini sedikitnya 90 % jalan utama di perkotaan selalu menggunakan bahan aspal.
"Banyak jalan menuju Roma" begitulah istilah yang umum dikenal mengenai jalan-jalan Romawi. Istilah tersebut tidaklah keliru karena bangsa Romawi banyak membangun jalan. Di puncak kejayaannya , bangsa Romawi membangun jalan sepanjang 85.000 km yang terbentang dari Inggris hingga Afrika Utara, dari pantai Samudera Atlantik di SemenanjungIberia hingga Teluk Persia. Keberadaan jalan tersebut diabadikan dalam peta yang dikenal sebagai Peta Peutinger.
Di Eropa, jalan tertua disebut-sebut adalah Jalur Kuning yang berawal dari Yunani danTuscany hingga Laut Baltik.
Di Asia timur, bangsa Cina membangun jalan yang menghubungkan kota-kota utamanya yang bila digabung mencapai 3200 km.
Seiring perkembangan peradaban di Timur tengah pada masa 3000 SM, maka dibangunlah jalan raya yang menghubungkan Mesopotamia-Mesir. Selain untuk perdagangan, jalan tersebut berguna untuk kebudayaan bahkan untuk peperangan. Jalan utama pertama di kawasan itu, disebut-sebut adalah Jalan Bangsawan Persia yang terentang dari Teluk Persia hingga Laut Aegea sepanjang 2857 km. Jalan ini bertahan dari tahun 3500-300 SM.
PERKERASAN LENTUR
Perkerasan lentur adalah struktur perkerasan yang sangat banyak digunakan dibandingkan dengan struktur perkerasan kaku. Struktur perkerasan lentur dikonstruksi baik untuk konstruksi jalan, maupun untuk konstruksi landasan pacu.
 Tujuan struktur perkerasan adalah:
*   agar di atas struktur perkerasan itu dapat lalui setiap saat. Oleh karena itu lapis permukaan perkerasan harus kedap air - melindungi lapis tanah dasar sehingga kadar air lapis tanah dasar tidak mudah berubah.
*   mendistribusikan beban terpusat, sehingga tekanan yang terjadi pada lapis tanah dasar menjadi lebih kecil. Oleh karena itu lapis struktur perkerasan harus dibuat dengan sifat modulus kekakuan (modulus elastisitas) lapis di atas lebih besar daripada lapis di bawahnya.
*   menyediaan kekesatan agar aman. Oleh karena itu permukaan perkerasan harus kasar, sehingga mempunyai koefisien gesek yang besar antara roda dan permukaan perkerasan.
*   menyediaan kerataan agar nyaman.  Oleh karena itu permukaan harus rata, sehingga pengguna tidak terguncang pada saat lewat pada perkerasan.
Semua bahan yang digunakan harus awet (tahan lama), agar struktur perkerasan ini berfungsi untuk waktu yang lama. Lapis permukaan dari struktur perkerasan lentur ini merupakan campuran agregat yang bergradasi rapat dan aspal, atau disebut juga campuran beraspal. Kedua bahan ini dicampur dalam keadaan panas (sehingga dikenal dengan nama hot mix, dihamparkan serta dipadatkan dalam keadaan panas pula. Lapis permukaan ini harus kedap air, permukaannya rata namun kasar. Lapis struktur di bawah lapis permukaan adalah lapis pondasi, dan dibuat dari batu pecah. Lapis di bawahnya adalah lapis pondasi bawah, dan dibuat dari pasir batu (sirtu). Lapis pondasi maupun lapis pondasi bawah ini juga dapat dibuat dari bahan lain seperti material yang distabilitasi dengan portland semen, kapur, aspal, maupun bahan pengikat lainnya. Semua lapis ini dikonstruksi dilapis tanah dasar, yaitu tanah yang telah dipadatkan. Biaya konstruksi struktur perkerasan lentur ini relatif lebih murah dibandingkan dengan struktur perkerasan kaku. Di Indonesia, lebih banyak tenaga pelaksana yang ahli dalam pembuat konstruksi perkerasan lentur dibandingkan dengan perkerasan kaku. Agar struktur perkerasan lentur ini berfungsi dengan baik, maka selain perkerasan harus terpelihara dengan baik, bahu jalan dan saluran samping juga harus terpelihara.
Struktur perkerasan lentur pada saat ini dikonstruksi dengan menggunakan alat berat. Dahulu, konstruksi jalan dibuat dengan menggunaan tenaga manusia dan alat pemadat sederhana. Struktur yang cocok dengan keadaan pada saat itu dikenal dengan konstruksi makadam (berasal dari nama John Loudon McAdam), maupun telford (berasal dari nama Thomas Telford.
 Pada saat ini konstruksi seperti itu tidak layak lagi dibuat pada jalan penting dan mempunyai volume lalu lintas yang tinggi dan dengan beban yang berat, seperti jalan arteri dan kolektor primer maupun sekunder. Konstruksi Macadam dan Telford masih dapat dipertimbangkan dikonstruksi untuk jalan dengan beban lalu lintas yang ringan, seperti jalan lokal.


Konstruksi kuda-kuda kayu untuk rumah tinggal sederhana




Persyaratan bahan
  • Semua kayu yang dipakai harus kering, berumur tua, lurus dan tidak retak, tidak bengkok dan mempunyai derajad kelembaban kurang dari 15% dan memenuhi persyaratan yang tercantum dalam PKKI 1970-NI.5.
Pekerjaan Konstruksi Atap
  • Kuda-kuda, gording, konsul, ikatan angin, klos, usuk, reng dan seluruh rangka atap dibuat dari kayu kualitas baik tua, kering atau tidak pecah-pecah.
  • Papan lisplang bisa digunakan kayu atau woodplank
  • Baut, mur, besi strip dari bahan besi / baja.
Ukuran kayu :
  • Kaki kuda-kuda - ukuran 8/12 cm
  • Pengerat - ukuran 8/12 cm
  • Ander - ukuran 8/12 cm
  • Skoor - ukuran 8/12 cm
  • Nok - ukuran 8/12 cm
  • Pengapit - ukuran 2 x 6/12 cm
  • Gording - ukuran 8/12 cm
  • Konsol - ukuran 8/12 cm
  • Usuk - ukuran 5/7   cm
  • Reng - ukuran 3/4   cm / 2/3 cm tergantung jenis genteng yang dipakai
  • listplank kayu - ukuran 3/30 cm / 2/20 cm
Pelaksanaan Pekerjaan.
  • Semua pekerjaan kayu yang harus diserut rata dan licin hingga memberikan penyelesaian yang baik dan sedikit penghalusan.
  • Kaso-kaso dipasang setiap jarak 50 cm, harus waterpass menurut kemiringan atap, sedangkan reng dipasang setiap jarak sesuai dengan ukuran genteng.
  • Permukaan kayu yang tampak (papan lisplank, skoor) harus diserut rata dan licin, setiap sambungan konstruksi atas agar diperhatikan adanya pen/joint yang berfungsi pengunci.
  • Pekerjaan kayu harus rata, melentur, bengkok

Pondasi Tahan Gempa

          EARTHQUAKE RESISTANT FOUNDATION


Struktur Bangunan Tahan Gempa

Perinsip Bangunan Tahan Gempa

Bangunan yang di katakan tahan gempa adalah bangunan yang merespon gempa dengan sifat dakilitas yang mampu bertahan dari keruntuhan, dan fleksibilitas dalam meredam getaran gempa.

  1. Dirancang dan diperhitungkan
  2. Kombinasi beban dan analisis struktur
  3. Penggunaan matrial yang ringan
  4. Penempatan massa struktur yang terpisah namun saling berinteraksi

Ciri-ciri Umum Fisik Bangunan Tahan Gempa

  1. Struktur memiliki sistem penahan gaya dinakik gempa.
  2. Kekuatan sistem penahan gempa
  3. Konfigurasi strukturnnya memenudi syarat untuk tujuan bangunan tahan gempa 
1

 

 

Hal Yang Harus Diperhatikan Saat Membangun Bangunan Tahan Gempa


  • Pondasi
Pondasi merupakan bagian dari struktur yang paling bawah dan berfungsi untuk menyalurkan beban ke tanah. Untuk itu pondasi harus diletakkan pada tanah yang keras. Kedalaman minimum untuk pembuatan pondasi adalah 6- – 75 cm. Pasangan batu gunung untuk pondasi dikerjakan setelah lapisan urug dan aanstamping selesai dipasang.Pondasi juga harus mempunyai hubungan yang kuat dengan sloof. Hal ini dapat dilakukan dengan pembuatan angkur antara sloof dan pondasi dengan jarak 1 m. Angkur dapat dibuat dari besi berdiameter 12 mm dengan panjang 20 -25 cm. Pondasi salah satu hal yang harus di perhatikan pada saat membangun, karena pondasi termausk kalah satu bagian penting dalam bangunan.
1
  • Beton
Beton adalah bagian umum pada bangunan, beton dapat di buat dengan mencapur Pasir(ageregat halus, kerikil (ageregat kasar) air dan semen.
1
  • Beton Bertulang
Beton bertulang merupakan bagian terpenting dalam membuat rumah menjadi tahan gempa. Pengerjaan dan kualitas dari beton bertulang harus sangat diperhatikan karena dapat melindungi besi dari pengaruh luar, misalnya korosi. Para pekerja atau tukang suka menganggap remeh fungsinya. Penggunaan alat bantu seperti molen atau vibrator sangat disarankan untuk menghasilkan beton dengan kualitas tinggi.
1

Artikel Konstruksi Bangunan Bank

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
        Pada era globalisasi saat ini persaingan berbisnis semakin ketat sehingga perlu adanya upaya  untuk meningkatkannya, lebih lebih di dunia perbankan.Dunia perbankan tidak dapat di lepaskan dari adanya BANK. Keberadaannya besifat sangat vital dalam menunjang perekonomian dan menyokong pembangunan.D isini penulis tidak menyoroti mengenai daya guna dari suatu BANK, melainkan kami membuat makalah ini agar kita semua dapat mengetahui struktur bangunan dari suatu BANK dalam negeri.Kami berusaha membahasnya secara menyeluruh.Kita semua tahu bahwa bentuk suatu bangunan sangat berpengaruh terhadap fungsi bangunan itu sendiri.

1.2 Tujuan
      Tujuan dalam penulisan makalah ini yaitu untuk menambah pengetahuan tentang pentingnya perencanaan dari pembangunan terhadap utility dari bangunan itu sendiri

1.3 Metode Penulisan
      Penulis menggunakan metode kepustakaan dalam metode ini penulis membaca buku-buku yang berkaitan denga penulisan makalah ini.


                                                            BAB II. PEMBAHASAN
Pengertian Bangunan Tinggi
  Sebuah bangunan tinggi adalah bangunan atau struktur tinggi. Biasanya, fungsi bangunan ditambahkan, contohnya bangunan bank  tinggi atau perkantoran tinggi.
Pondasi tiang pancang / paku bumi untuk banguan bertingkat
Bangunan tinggi menjadi mungkin dengan penemuan elevator (lift) dan bahan bangunan yang lebih murah dan kuat. Bangunan antara 49 kaki dan 491 kaki (15 m hingga 150 m), berdasarkan beberapa standar, dianggap bangunan tinggi. Bangunan yang lebih dari 492 kaki (150 m) disebut sebagai pencakar langit. Tinggi rata-rata satu tingkat adalah 13 kaki (4 m), sehingga bangunan setinggi 79 kaki (24 m) memiliki 6 tingkat.
Bahan yang digunakan untuk sistem struktural bangunan tinggi adalah beton kuat dan besi. Banyak pencakar langit bergaya Amerika memiliki bingkai besi, sementara blok menara penghunian dibangun tanpa beton.
Meskipun definisi tetapnya tidak jelas, banyak badan mencoba mengartikan arti bangunan tinggi:
1.         International Conference on Fire Safety in High-Rise Buildings mengartikan bangunan tinggi sebagai "struktur apapun dimana tinggi dapat memiliki dampak besar terhadap evakuasi"
2.         New Shorter Oxford English Dictionary mengartikan bangunan tinggi sebagai "bangunan yang memiliki banyak tingkat"
3.         Massachusetts General Laws mengartikan bangunan tinggi lebih tinggi dari 70 kaki (21 m)
4.         Banyak insinyur, inspektur, arsitek bangunan dan profesi sejenisnya mengartikan bangunan tinggi sebagai bangunan yang memiliki tinggi setidaknya 75 kaki (23 m).
Struktur bangunan tinggi memiliki tantangan desain untuk pembangunan struktural dan geoteknis, terutama bila terletak di wilayah seismik atau tanah liat memiliki faktor risiko geoteknis seperti tekanan tinggi atau tanah lumpur. Mereka juga menghadapi tantangan serius bagi pemadam kebakaran selama keadaan darurat pada struktur tinggi. Desain baru dan lama bangunan, sistem bangunan seperti sistem pipa berdiri bangunan, sistem HVAC (Heating, Ventilation and Air Conditioning), sistem penyiram api dan hal lain seperti evakuasi tangga dan elevator mengalami masalah seperti itu.
Contoh tantangan terhadap pemadam kebakaran pernah terjadi. Pemadam kebakaran diarahkan ke sebuah hotel tinggi di Lexington, Kentucky dengan laporan asap di bangunan itu. Ketika pemadam mencari sumbernya, mereka menemukan asap di lorong, bukan di kamar tamu. Ini membantu pemadam mengetahui bahwa masalahnya berasal dari sistem HVAC dan bahaya asli tidak terjadi.
Bangunan tinggi mulai dibangun pada waktu awal berdirinya Amerika selama kebangkitan industri. Menggunakan bahan ringan, mereka mampu membuat bangunan bertingkat 8. Asch Building memiliki 10 tingkat.

STRUKTUR  DAN FASILITAS GEDUNG

sketsa lantai
2.1 PELAT LANTAI (Floor Plate)
          Yang di maksud pelat lantai adalah yang terletak di atas tanah langsung jadi merupakan lantai tingkat. Pelat lantai ini di bentuk oleh balok-balok yang bertumpu pada kolom-kolom bangunan.
Guna pelat lantai adalah :
  •     Memisahkan ruang bawah dan atas,
  •     Sebagai tempat berpijak penghuni di atas,
  •    Untuk menempatkan kabel listrik dan lampu pada ruang bawah,
  •     Meredam suara dari ruang atas maupun ruang bawah dan
  •     Menambah kekakuan bangunan pada arah horisontal.

Kuat lantai harus direncanakan: kaku, rata, lurus dan waterpas (mempunyai ketinggian sama; tidak miring), agar terasa mantap dan enak untuk berpijak kaki.
Ketebalan pelat lantai ditentukan oleh: beban yang harus didukung, besaran lendutan yang di izinkan, lebar bentangan atau jarak antara balok-balok pendukung, bahan konstruksi dari pelat lantai.
Pada pelat lantai banya diperhitungkan adanya beban tetap saja yang bekerja tetap dalam waktu yang lama. Sedang beban tak terduga seperti gempa, angin,  getaran tidak di perhitungkan.
Bahan untuk pelat lantai dapat terbuat dari:
  • 1.      Kayu,
  • 2.      Beton dan
  • 3.      Baja.

Pelat lantai dari baja umumnya hanya untuk bangunan gudang, bengkel atau bangunan khusus yang dapat di pesan dari perusahaan baja atau bengkel besi.
Pelat lantai dari beton bertulang umumnya di cor ditempat ,bersama sama balok penumpu dan kolom pendukungnya. Demikian akan diperoleh hubungan yang kuat yang menjadi satu kesatuan, hubungan ini disebut jepit-jepit.
Pada pelat lantai beton di pasang tulangan baja pada kedua arah,tulangan silang untuk menahan momen tarik dan lenturan. Untuk mendapatkan hubungan jepit-jepit, tulangan pelat lantai harus di kaitkan kuat pada tulangan balok pengampu.
Pelat lantai dari beton mempunyai banyak keuntungan, antara lain adalah:
       1.       Mampu menahan beban besar,
       2.      Merupakan isolasi suara yang baik,

          3.      Tidak dapat terbakar dan dapat dibuat lapisan kedap air, jadi di atasnya boleh di buat dapur dan 
      kamar mandi,
          4.        Dapat dipasang tegel untuk keindahan lantai,
          5.        Merusakan bahan yang kuat dan awet, tidak perlu perawatan dan dapat berumur panjang.
Untuk menghindari lenturan yang besar, maka bentangan pelat lantai tidak dibuat terlalu lebar, untuk ini dapat di beri balok-balok sebagai tumpuan yang juga berfungsi menambah kekuatan pelat. Bentangan pelat yang besar juga akan menyebabkan pelat menjadi terlalu tebal dan jumlah tulangan yang dibutuhkan akan menjadi lebih banyak, berarti berat bangunan akan menjadi lebih besar dan harga persatuan luas akan menjadi mahal.
Pelat lantai dari beton umumnya dicor di tempat. Untuk ini diperlukan pekerjaan bekesting, yaitu membuat cetakan dari papan kayu yang di dukung oleh tiang tiang perancah. Cetakan ini berfungsi untuk menahan tulangan dan adukan beton yang masih basah yang belum mempunyai kekuatan dan juga memberi bentuk agar ukuran beton sesuai dengan yang di rencanakan.
Pada pelat lantai beton yang bawahnya tidak di pasang plafon, maka kabel kabel listrik harus di tanam di bawah betonnya, jadi  sebelum pekerjaan cor di mulai, semua kabel jaringan listrik sudah terpasang rapi di atas papan cetakan. Untuk menggantungkan bola lampu dapat di pasang papan kayu kecil yang tertanam didalam betonnya.
Bagian pelat lantai untuk ruangan dibuat rata atas dengan balok penumpunya,tapi pada ruangan kamar mandi harus di buat rata bawah, jadi pelat lantai kamar mandi lebih rendah daripada lantai ruangan. Beda lantai ini dimaksudkanuntuk meletakkan pipa sanitasi agar dapat tertanam  dan menyebabkan merembesnya air ke ruangan lain apabila pelat lantai kamar mandi ternyata bocor.
Untuk membongkar bekesting harus menunggu sampai betonnya menjadi keras dan kuat mendukung beban diatasnya.jika tidak ditentukan lain, pembongkaran bekesting hanya boleh setelah beton berumur 3 minggu.
Untuk mencegah kepingan plat lepas saat bangunan digoncang gempa, maka kepingan plat harus dibuat menyatu dengan baloknya.
Caranya:
            Tulangan pada kepingan plat harus dilebihkan keluar yang nantinya di lilitkan pada stek-stek tulang yang sudah disiapkan pada baloknya, sehingga dengan demikian dapat dijamin adanya hubungan yang baik antara kepingan plat dan balok penumpunya.

2.2  RANGKA BANGUNAN
          Rangka bangunan adalah bagian dari bangunan yang merupakan struktur utama pendukung berat bangunan dan beban luar yang bekerja padanya.
          Rangka bangunan untuk bangunan bertingkat sederhana atau bertingkat sederhana atau bertingkat rendah. Umumnya berupa Struktur Rangka Portal (“Frame Structure”,”Open Frame”). Struktur ini berupa kerangka yang terdiri dari kolom dan balok yang merupakan rangkaian yang menjadi satu kesatuan yang kuat.
          Pada sistem rangka ini,dinding penyekat tidak di perhitungkan ikut mendukung beban, jadi fungsinya hanya sebagai pembatas ruang saja, oleh karena itu ukurannya harus di buat sekecil mungkin, agar beratnya dapat seringan-ringannya. Dengan demikian ukuran rangka portal dan fondasinya akan menjadi lebih kecil.
Sketsa Rangka Bangunan Tingkat
          Kolom portal harus di buat menerus dari lantai bawah sampai lantai atas, artinya letak kolom kolom portal tidak boleh digeser pada tiap lantai, karena hal ini akan menghilangkan sifat kekakuan dari struktur rangka portalnya. Jadi harus di hindarkan denah kolom portal yang tidak sama untuk tiap tiap lapis lantai.
Ukuran kolom makin ke atas boleh makin kecil, sesuai dengan beban bangunan yang di dukungnya makin ke atas juga makin kecil. Perubahan dimensi kolom harus dilakukan pada lapis lantai, agar satu lajur kolom mempunyai kekakuan yang sama.
          Balok portal merangkai kolom-kolom menjadi satu kesatuan. Balok menerima seluruh beban dari plat lantai ke kolom-kolom pendukung. Hubungan balok dan kolom adalah jepit- jepit, yaitu suatu sistem dukungan yang dapat menahan Momen, Gaya vertikal dan Gaya horisontal. Untuk menambah kekakuan balok, di bagian pangkal pada pertemuan dengan kolom, boleh ditambah tebalnya.
            Rangka Portal harus direncanakan dan diperhitungkan kekuatannya terhadapbeban- beban sebagai berikut:
            Beban- Mati, dinyatakan dengan lambang       : M
            Beban – Hidup, dinyatakan dengan lambang  : H
            Beban –Angin, di nyatakan dengan lambang  : A
            Beban – Gempa, di nyatakan dengan lambang : G
            Beban- Khusus, dinyatakan dengan lambang   : K
Kombinasi pembebanan
Pembebanan tetap             :  M + H
Pembebanan sementara     :  (M+H) + A Di pilih pengaruh yang lebih besar
                            Atau      :  (M+H) + G
Pembebanan khusus          :  (M+H) + K
                            Atau      :  (M+H) + A +K
                            Atau      :  (M+H) + G +K
            Untuk merencanakan dan menghitung kekuatan suatu kontruksi bangunan dipakai pembebanan tetap yang paling terberat. Setelah diperoleh ukuran dari kontruksi portalnya berdasarkan ijin bahan, langkah selanjutnya adalah mengadakan perhitungan kontrol terhadap beban sementara atau beban khusus, dipilih pengaruh mana yang lebih membahayakan kontruksi. Apabila pada hitungan kontrol ternyata kontruksi tidak aman terhadap beban sementara, maka ukuran konstruksi tersebut harus diperbasar lagi. Jadi suatu konstruksi bangunan harus aman dan mampu mundukung beban tetap, beban sementara dan atau beban khusus.

Pengertian beban
1.        Beban-mati adalah berat dari semua bagian bangunan yang bersifat tetap, termasuk segala unsur tambagan, pekerjaan pelengkap (finishing), serta alat atau mesin, yang merupakan bagian tak terpisahkan dari rangka bangunannya,
2.        Beban-hidup adalah berat dari penghuni dan atau barang-barang yang dapat berpindah, yang bukan merupakan bagian dari bangunan. Pada atap, beban-hidup termasuk air-hujan yang tergenang,
3.        Beban-angin adalah beban yang bekerja pada bangunan atau bagiannya, karena adanya selisih tekanan udara (hembusan angin kencang),
4.        Beban-gempa adalah besarnya getaran yang terjadi di dalam struktur rangka bangunan akibat adanya gerakan tanah oleh, dihitung berdasarkan suatu analisa dinamik,
5.        Beban-khusus adalah beban kerja yang berasal dari: adanya selisih suhu, penurunan fondasi, susut bahan, gaya rem dari kran, getaran mesin berat.
   Rangka portal untuk bangunan bertingkat rendah, umumnya dibuat dari bahan konstruksi beton bertulang. Bahan beton merupakan konstruksi yang kuat menahan gaya desak, sedang tulangan baja mampu menahan gaya tarik, jadi bagan beton bertulang merupakan konstruksi bangunan yang mampu menahan gaya-desak dan gaya tarik yaitu gaya-gaya yang bersifat merusak pada konstruksi. Selain itu beton bertulang juga merupakan konstruksi tahan gempa, tahan api, merupakan bahan yang kuat dan awet yang tidak perlu perawatan dan dapat berumur panjang.
            Untuk hitungan Mekanika portalnya, dapat dipakai anggapan-anggapan sebagai berikut:
1.        Bangunan bertingkat 2 lantai dengan atap rangka kayu.
       Portal di sini tidak bertingkat, pada balok bekerja beban terbagi rata-rata dari plat lantai. Sedang pada kolom masih ada beban titik (P) dari berat kuda-kuda dan plafon lantai atas,
2.        Bangunan bertingkat 2 lantai dengan atap datar yang menjadi satu dengan tangka bangunannya. Di sini portalnya bertingkat satu. Pada balok lantai bekerja beban terbagi rata dari lantai (q1) dan pada balok atap bekerja beban terbagi rata dari atap (q2).
            Semua rangka bangunan bertingkat harus direncanakan dan diperhitungkan mampu meredam gaya gempa yang melandanya. Mengingat bahwa gaya gempa ini sulit diukur kepastian besarnya, maka biasanya untuk perencanaan diberi batasan-batasan sebagai berikut:
1.        Pada gempa kecil, struktur tidak boleh mengalami kerusakan sekecil apapun,
2.        Pada gempa sedang, bagian yang non struktural boleh rusak, artinya bagian ini boleh dikorbankan agar struktur utamaya tetap utuh,
3.        Pada gempa besar, sebagian struktur boleh rusak tapi tidak mengakibatkan keruntuhan seluruh bangunan.

Besarnya angka keamanan untuk gempa dapat detuntukan antara lain berdasarkan kepada:
1.        Zone daerah gempa, pada daerah yang sering dilanda gempa harus diberikan angka keamanan yang cukup besar,
2.        Fungsi gedung, misal untuk bangunan rumah-sakit atau sekolah mempunyai angka keamanan lebih besar daripada bangunan perkantoran,
3.        Luas dan tinggi gedung, untuk gedung yang makin besar dan komplek harus diberikan angka keamanan yang makin besar pula,
4.        Jenis bahan konstuksi yang dipakai dan tipe atau bentuk bangunan, juga akan menuntut suatu angka keamanan tertentu yang dipakai dan tipe atau bentuk bangunan, juga akan menuntut suatu angka keamanan tertentu yang besarnya dapat diambil berdasarkan dari buku peraturan yang berlaku.
Pada stuktur ‘open frame’, semua pasangan bata dan rangka pintu-jendela tidak boleh diperhitungkan ikut sebagai pendukung beban bangunan, biasanya bagian ini yang dikorbankan untuk rusak apabila ada gempa. Dalam perencanaan rangka portal, kolom harus dibuat lebih kuat daripada baloknya dan balok lebih kuat daripada pelat lantainya.
Hal ini dapat dimengerti, sebab keruntuhan satu kolom berarti keruntuhan total bangunan.
            Langkah-langkah dalam perencanaan struktur bangunan bertingkat adalah :
1.        Hitungan Mekanika:
Pada tahap ini detentukan besarnya beban yang bekerja, kemudian dengan dasar gambar konstruksi dan metoda hitungn yang berlaku, dicari besarnya momen, gaya lintang dan gaya geser akibat beban tetap,
2.        Perencanaan kontruksi:
Misal akan dipakai konstuksi beton bertulang, maka dengan berdasarkan tegangan izin bahan (*) dan hasil hitungn mekanika, dapat ditentukan dimensi dari struktur beton dan tulangannya,
3.        Kontrol Gaya Gempa: P
Pada tahap beban sementara ini dilakukan kontol hitungan dari hasil dimensi struktur yang sudah didapat, agar nantinya struktur betul-betul mempunyai konstruksi yang mantap, aman stabil.

2.3 ATAP (Roof)
            Atap adalah penutup atas suatu bangunan yang melindungi bagian dalam bangunan dari hujan maupun salju. Bentuk atap ada yang datar dan ada yang miring, walaupun datar harus dipikirkan untuk mengalirkan air agar bisa jatuh. Bahan untuk atap bermacam-macam, di antaranya: genting (keramik, beton), seng bergelombang, asbes, maupun semen cor. Adapula atap genteng metal yang sangat ringan, tahan lama, anti karat dan tahan gempa.
Atap landai dapat menggunakan penutup atap dengan lembaran-lembaran besar seperti seng gelombang atau asbes. Untuk membentuk suatu sudut dengan rangka bangunannya.
            Ditinjau dari besarnya sudut kemiringan, atap sudut dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
    •          Atap Landai,
    •        Atap Runcing.

Sketsa Atap

Atap landai dapat menggunakan penutup atap dengan lembaran-lembaran besar seperti seng gelombang atau asbes. Untuk membentuk sudut kemiringan atap, dapat dibuat konstruksi rangka batang (kuda-kuda) dari kayu atau baja. Karena landai, maka tekanan angin yang diterima hanya kecil saja, hal ini akan menguntungkan terhadap kestabilan konstruksi
            Atap runcing dapat memberi kesan megah dan anggun terhadap bangunannya. Pembuatan rangka atap membutuhkan batang lebih banyak dan luas, bidang atapnya juga lebih besar dibandingankan atap landai, jadi harga per satuan luas atap menjadi lebih mahal juga. Pengaruh tekanan angin pada bidang atap dan pengaruh gaya gempa terasa lebih besar, maka ukuran konstruksi pada rangka bangunannya harus juga diperhitungkan adanya momen guling oleh angin dan atau gempa.
            Makin tinggi tempat lari muka tanah, makin besar pula tekanan anginnya, maka untuk mencegah agar atap tidak terbang dihembuskan angin, dalam memasang kuda-kudanya tidak boleh hanya diletakkan begitu saja, tapi harus diangker kuat atau dibegel pada kolom pendukungnya.
            Bahan penutupan atap, terutama dari bahan yang ringan, sebaiknya dipaku atau diskrup pada batang tumpuannya, agar tidak mudah dihempas angin.
            Kuda-kuda dari konstuksi rangka batang (Vakwerk) merupakan rangkaian batang-batang yang menjadi satu kesatuan yang kuat dan membentuk rangka atap. Beberapa syarat yang harus diperhatikan dalam membuat konstruksi rangka batang adalah sebagai berikut ini.
    1.   Pada setiap titik buhul (titik simpul, titik sambung), garis sumbu batang dan garis kerja batang-batang harus bertemu pada satu titik,
   2.  Beban-baban pada rangka batang hanya boleh bekerja pada titik buhul beban yang bekerja pada batang antara dua titik buhul, harus dilimpahkan dahulu ke titi-titik buhul yang terdekat. Berat sendiri rangka batang tidak diperhitungkan sebagai beban,
   3.  Batang yang dipakai harus utuh dan lurus, agar garis sumbunya juga lurus. batang yang cacat, rusak atau sudah rapuh, tidak boleh dipakai, karena ini dapat melemahkan konstruksi. Bila satu batang pada rangka patah, maka konstruksi rangka batang tersebut akan runtuh,
    4.  Rangkaian batang harus selalu membentuk segitiga-segitiga supaya konstruksi stabil,
   5. Titik buhul dianggap sendi tanpa mengalami deformasi (perobahan bentuk) dan perubahan panjang batang diabaikan, ketentuan ini hanya dipakai dalam hitungan saja.

Untung rugi masing-masing bahan :
Kayu:
  1.   Mudah didapat dari alam, sifat kenyal, elastis, kekuatan dan keawetannya tergantung dari umur kayu dan jenis kayu,
   2.    Mudah dikerjakan oleh tulang biasa dengan alat sederhana, dapat dibentuk berbagai modal yang indah,
  3.  Harga relatif murah, dan karena bahannya ringan dapat memperkecil ukuran konstruksi bangunan dan fondasinya,
   4.    Dapat terbakar dan mudah menjalarkan api dari satu tempat ke tempat lain,
   5.    Konstruksi harus terlindung dari panas dan hujan, agar tidak cepat lapuk,
   6.    Perlu diberi lapis pelindung agar di makan rayap, bubuk atau serangga kecil lain,
   7.    Sebaiknya untuk bentang atap tidak lebih dari 12 m.

Baja:
    1.    Bahannya deperoleh dari hasil pabrik, mutu dan kekuatannya tergantung standar pabrik pembuatnya,
    2.    Sifat bahan yang keras memerlukan alat khusus untuk pembuatannya, dibentuk di bengkel di proyek hanya tinggal pasang,
    3.     Harga baja mahal, kekuatan baja besar, jadi hanya ekonomis untuk bentangan besar dengan beban berat,
    4.    Oleh api dan panas yang tinggi, batang dapat terlentur, mengeliat (Jawa: “ngulet”) dan leleh,
   5.   Oleh panas dan hujan, bahan dapat berkarat dan kropos, jadi perlu diberi lapis pengawet anti karat dan terlindung.
Untuk bangunan bertingkat, terutama yang mempunyai bentang besar dengan beban atap yang berat, sebaiknya kuda-kuda menggunakan konstruksi rangka baja karena mempunyai kekuatan dan keandalan yang lebih tinggi dari kayu.

Beton Bertulang:
    1.    Dibuat dari beton yang diberi tulangan, perlu waktu untuk pengerasan betonnya, mutunya sangat tergantung cara pelaksanaanya,
    2.  Umumnya dibuat langsung di termpat dengan membuat cetakan-cetakan dari kayu,dapat dikerjakan dengan alat sederhana,
   3.  Harga relatif masih murah dibanding umurnya yang ditak terbatas, setelah betunnya mengeras tidak perlu perawatan lagi,
    4.    Merupakan bahan yang tahan api, tidak dapat terbakar, tidak rusak oleh panas dan hujan tahan zat kimia,
    5.    Dapat untuk landasan Helikopter atau dipakai untuk keperluan lain (ruang mesin, bak air, penthouse).

2.4 TANGGA (Stairs)
          Tangga adalah jalur yang bergerigi (mempunyai trap-trap) yang menghubungkan satu lantai dengan lantai di atasnya, sehingga berfungsi sebagai  jalan untuk  naik dan turun antara lantai tingkat.
                        Letak tangga harus dibuat agar mudah dilihat dan dicari oleh orang yang akan menggunakannya.Ruang tangga sebaiknya terpisah dengan ruang lain , agar orang yang naik turun tangga tidak mengganggu aktifitas penghuni lain.
            Apabila tangga dimaksudkan juga sebagai jalan darurat,sebaiknya direncanakan dekat dengan pintu keluar, agar bila terjadi bencana (kebakaran,gempa,keruntuhan), penghuni di lantai atas dapat turun langsung ke luar menuju ke halaman.

2.4.1 Bagian Dari tangga

    2.4.1.1 Pondasi Tangga
            Sebagai dasar tumpuan (landasan) agar tangga tidak mengalami penurunan, pergeseran,maka di bagian pangkal tangga bawah harus diberi pondasi.
            Pondasi tangga dapat berupa pasangan batu kali, beton bertulang atau kombinasi kedua bahan.
            Pada lantai tingkat,di bawah pangkal tangga harus diberi tangga harus diberi balok anak sebagai pengaku plat,agar lantai tidak menahan beban terpusat yang besar.

     2.4.1.2 Ibu Tangga
            Ibu tangga merupakan bagian kontruksi pokok yang berfungsi mendukung anak tangga. Ibu tangga dapat merupakan kontruksi yang menjadi satu dengan rangka bangunannya, tapi boleh juga dibuat terpisah, tergantung cara mana yang dianggap paling menguntungkan,

2.4.1.3 Anak Tangga
            Anak tangga adalah bagian dari tangga yang berfungsi untuk bertumpunya telapak kaki.Anak tangga di pasang secara teratur,agar enak dan aman dilalui,bentuk dan lebar serta selisih tinggi masing-masing anak tangga harus dibuat sama.
            Anak tangga dapat dibuat secara menerus bersambungan dari bawah sampai atas. Bila menghendaki variasi bentuk lain, anak tangga dapat juga dibuat secara terpisah dengan bentuk lain sesuai selera.
2.4.1.4 Pagar Tangga
            Pagar tangga adalah pelindung di samping sisi tangga untuk melindungi agar orang tidak terpelosok jatuh. Pada sisi tangga yang berbatasan langsung dengan tembok,tidak perlu dipasana pagar tangga, tapi di sisi lain yang bebas harus di beri pagar.
            Pada lantai tingkat di sekitar lobang tangga,harus juga dipasang pagar pengaman agar penghuni, terutama anak anak tidak terjerumus jatuh.
2.4.1.5 Pegangan Tangga
            Pegangan tangga adalah batang yang dipasang sepanjang anak tangga untuk bertumpunya tangan,agar orang yang naik turun tangga merasa lebih aman.
            Bentuk dan ukuran pegangan tanggadibuat sedemikian ,agar terasa enak dan pas oleh genggaman telapak tangan.Bentuk yang umum di buat adalah bulat atau oval dengan diameter 4 -5 cm,bila dipakai bentuk persegi ukurannya adalah 4 x 6 cm2.
2.4.1.6 Bordes
            Bordes adalah plat datar di antara anak-anak tangga,berguna sebagai tempat untuk memberi kesempatan orang yang naik tangga beristirahat sejenak.
            Bordes dipasang pada tangga lurus yang terlalu panjang atau pada sudut sebagai tempat peralihan arah tangga yang berbelok.Bordes dapat dibuat lebih dari satu,apabila arah berbeloknya tangga lebih dari dua kali.
            Lebar bordes untuk bangunan rumah tinggal cukup dibuat 80 – 100 cm, untuk bangunan umum dibuat lebat 120 -200 cm.
Sketsa tangga bangunan bertingkat

2.4.2 Bentuk Tangga
            Bentuk tangga dapat disesuaikan dengan beda tinggi lantai dan ruangan yang tersedia.
Macam bentuk tangga yang umum banyak dipakai:
    1. Tangga lurus,
    2. Tangga miring,
    3. Tangga lengkung,
    4. Tangga siku dan
    5. Tangga lingkar.

2.4.3  Konstruksi Tangga
            Berdasarkan Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung,1983,beban pada tangga diambil lebih besar daripada beban lantai tingkat,hal ini dapay dimaklumi karena banyak orang yang naik turun tangga.
            Untuk bangunan rumah tinggal diambil : 250 kg/m2
            Bangunan umum di ambil                       : 300 kg/m2            
            Kontruksi tangga dapat menjadi satu dengan rangka bangunannya,hanya kerugiannya bila terjadi penurunan pada bangunan akan menyebabkan perubahan sudut kemiringan tangga.
            Bila kontruksi tangga dibuat terpisah secara struktural dengan rangka bangunanya ,dapat dibuatkan pondasi tersendiri, rangka tangga tidak menempel pada dinding , tapi diberi sela ± 5 cm.

2.4.4 Bahan Tangga.
            Tangga dapat dibuat dari bahan :
      1.      Kayu,
      2.      Beton Bertulang,
      3.      Baja,
      4.      Batu Alam.
            Tangga beton bertulang merupakan tangga yang paling populer di pakai pada bangunan saat ini. Bentuknya dapat menambah kesan mewah pada ruangan. Konstruksi yang kuat dan awet menjamin tidak cepat rusak dan dapat berumur panjang. Bahannya tahan api, sangat dianjurkan dipakai pada bangunan umum dan bangunan bertingkat tiga lantai atau lebih, demi keamanan dan keselamatan penghuni lantai atas, bila terjadi kebakaran sebagai jalan keluar.





2.5 PONDASI (Sub Structure)
            Pondasi merupakan struktur bangunan bagian bawah terletak paling bawah dari bangunan yang berfungsi mendukung seluruh beban bangunan dan meneruskan ke tanah di bawahnya.
            Pondasi dapat dibuat dengan berbagai macam cara dan bentuk, yang semuanya ini sangat dipengaruhi oleh:
    1.    Berat bangunan yang harus didukung,
    2.    Jenis tanah dan daya dukungnya,
    3.    Bahan bangunan untuk pondasi yang tersedia/mudah didapat,
    4.    Alat kerja dan tenaga kerja yang ada,
    5.    Lokasi dan situasi proyek tempat pekerjaan,
    6.    Pertimbangan biaya.
            Untuk dapat menentukan jenis pondasi yang ideal, dalam arti murah, mudah dan kuat, perlu dilakukan penyelidikan tanah (Soil Investigation). Dari hasil penyelidikan tanah ini didapat diharapkan mengetahui:
    1.    Jenis dan kekuatan tanah serta kedalamannya,
    2.    Kedalaman dari muka air tanah,
    3.    Meramalkan penurunan dikemudian hari,
    4.    Memperkirakan beban maximum yang di ijinkan dan menentukan jenis pondasinya.
            Di dalam merencanakan pondasi ada dua hal yang penting yang perlu selalu di ingat, yaitu bahwa kekuatan pondasi didasarkan pada kekuatan bahan pondasinya sendiri dan kekuatan tanah di bawahnya. Bahan pondasi harus mempunyai kekuatan penuh dan tidak akan rusak oleh beban bangunan, hal ini dapat dilakukan analisa hitungan berdasarkan tegangan izin bahan. Kekuatan tanah di bawah pondasi harus mampu mendukung beban pondasi dan beban bangunan di atasnya tanpa adanya penurunan, hal ini dapat dirancanakan dengan membuat ukuran pondasi sedemikian  besar berdasarkan rekomendasi penyelidikan tanah, sehingga tegangan izin tanah tidak di lampaui
Hal-hal yang dapat mengakibatkan kerusakan pada pondasi adalah:
    1.    Adanya perubahan fungsi gedung, sehingga terjadi pembebanan yang melebihi kapasitas pondasi,
   2.   Terjadinya bencana alam seperti: gempa,banjir, tanah longsor atau getaran yang berulang dari mesin atau kendaraan,
    3.    Akar pohon besar yang terkadang mampu mengangkat pondasi,
    4.    Kerusakan struktur tanah akibat adanya pembangunan gedung yang lebih berat di dekatnya,
    5.    Usia pondasi dapat menyebabkan kelelahan bahan,
   6.    Adanya faktor ketidakpastian dan jenis tanah yang tidak seragam, mengakibatkan terjadinya salah taksir dalam perencanaan.

2.5.I Macam-macam Pondasi

2.5.1.1 Pondasi dangkal (Shallow Foundation)
Pondasi dangkal adalah jenis pondasi yang dasarnya terletak tidak terlalu dalam dari permukaan tanah asli, masih dapat dikerjakan dengan alat sederhana oleh tenaga manusia biasa. Berdasarkan bentuknya pondasi dangkal dibagi menjadi empat macam, yaitu:
1.      Pondasi menerus (Continous Footing),
2.      Pondasi setempat (Individual Footing),
3.      Pondasi gabungan (Combined Footing),
4.      Pondasi plat (Raft Footing),
5.      Pondasi cakar ayam dan
6.      Pondasi laba-laba

2.5.1.2 Pondasi dalam (deep foundation)
                        Pondasi dalam biasanya mempunyai kedalaman lebih dari 6,00 m dari permukaan tanah asli. Dapat dibuat dua cara sebagai berikut:
1.      Pondasi tiang pancang

Tiang Pancang/ Paku bumi
      Ditinjau dari jenis material, tiang pancang dapat dibuat dari:
  a.     Beton bertulang
  b.     Baja (pipa, baja profil)
Ditinjau dari Soil Displacement yang terjadi selama proses pemancangan ada dua jenis, yaitu:
a.     Large Soil Displacement, untuk jenis-jenis tiang pancang beton massif dan pipa close ended
b.     Small Soil Displacement, untuk jenis-jenis tiang pancang baja prifil dan pipa open ended

      Tiang dibuat dahulu di atas tanah dari batang kayu, baja atau beton bertulang. Setelah siap tiang di tanam ke dalam tanah dengan mesin pancang. Pada saat pemancangan, mesin menimbulkan getaran-getaran keras yang dapat merusak bangunan-bangunan di sekitarnya, oleh karena itu tidak boleh dipakai pada daerah yang padat bangunan. Tiang-tiang di bagian atasnya dirangkai menjadi satu dengan plat beton yang disebut: kepala tiang, pur. Pur ini nantinya akan menjadi tumpuan dari kolom-kolom, dan meneruskan beban kolom ke tiang-tiang di bawahnya. Di bawah satu pur umumnya terdapat dua atau lebih tiang dengan bentuk tampang bulat, segi delapan atau segi empat, diameter rata-rata antara 30 cm – 40 cm.
Bila panjang tiang pancang menurut desain dibutuhkan lebih panjang, dari tinggi alat pancang yang diperlukan, maka selama proses pemancangan, tiang pancang dapat dibagi menjadi dua bagian, dimana bagian pertama dipancang, kemudian disambung dengan bagian kedua, dan dilanjutkan dengan pemancanganan berikutnya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pekerjaan pemancangan, antar lain:
a.     Titik-titik ukur untuk memberikan guide posisi letak titik pancang.
b.     Untuk kelompok tiang pancang, arah pemancangan dimulai dari dalam ke arah luar, terutama untuk tiang yang large soil displacement dan berjarak rapat, untuk menghindari terjadinya heaving pada tiang.
c.     Pergerakan alat pancang sebaiknya kea rah belakang(mundur), agar tidak terhalang oleh sisa ketinggian tiang-tiang yang masih muncul di atas permukaan tanah, yang baru selesai dipancang.
d.     Pemancangan tiap titik sebaiknya dilakukan sampai selesai, jangan ditinggal ditenga proses pemancangan. Karena bila ditinggal, jepitan(friction) tanah akan bekerja sehingga tiang akan sulit diturunkan lagi.
Pemancangan kelompok tiang yang jaraknya cukup rapat dengan large soil displacement (tiang masif atau tiang yang closed ended) dapat menimbulakn persoalan heaving, yaitu munculnya kembali tiang yang sudah dipancang. Untuk menghindari persoalan tersebut, maka urutan pemancangan harus diperhatikan, yaitu dengan arah dari tengah ke luar.
Urutan pemancangan kelompok tiang dengan large soil displacement, dari pusat kearah luar.

2.      Pondasi sumur bor
      Cara membuat dengan membor tanah terlebih dahulu sampai kedalaman rencana, setelah itu di beri cor beton. Sepertiga tinggi dari atas, diberi tulangan baja sekeliling lubang untuk ikatan dengan tulangan kolom di atasnya. Pada pondasi bor tidak diperlukan pur, karena dibawah satu kolom hanya dibuat satu tiang bor dengan diameter besar, rata-rata 1m atau lebih, jadi tulangan kolom dapat dimasukkan langsung ke dalaman sumur bor ini dan di cor bersama-sama.
Sketsa Pondasi
     Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengerjaan tiang bor, antara lain:
a.     Titik-titik ukur untuk member guide posisi letak titik-titik tiang
b.     Disiapkan drainase, penampungan dan pembuangan lumpur hasil pengeboran
c.     Keakuratan kedalamn bor(bottom level)
d.     Kecermatan kualitas beton
e.     Penggunaan bentonite untuk mencegah runtuhnya tanah pada lubang bor
f.      Pergerakan alat bor kea rah belakang (mundur)
g.     Keakuratan elevasi pemberhentian cor beton (top level)
Kondisi tanah di bawah biasanya tidak dapat diketahui secara pasti, oleh karena itu, volume pengecoran beton untuk bore pile tidak dapat dipastikan. Untuk menghindari resiko ketidakpastian, dapat ditempuh dengan cara diukurkenyataan yang terjadi saja.
            Hampir di setiap proyek konstruksi pondasi tiang merupakan teknologi pondasi dalam yang telah jamak dipergunakan. Salah satu metode pemasangan tiang pondasi ini adalah dengan sistim bor. Meski tak sepopuler pondasi tiang pancang, penggunaan tiang bor ini semakin banyak dijumpai. Dalam kedalaman dan diameter dari tiang bor dapat divariasi dengan mudah, pondasi tiang bor dipakai untuk beban ringan maupun beban berat seperti bangunan bertingkat tinggi dan jembatan. Juga dipergunakan pada menara transmisi listrik, fasilitas dok, kestabilan lereng, dinding penahan tanah, pondasi bangunan ringan pada tanah lunak, pondasi bangunan tinggi, dan struktur yang membutuhkan gaya lateral yang cukup besar, dan lain- lain.

Alat Pengebor 

Setiap alat yang ada hanya sesuai penggunaannya pada kondisi tanah dan teknik pengeboran tertentu saja. Salah satunya adalah fight auger. Alat yang sederhana dan ringan ini mempunyai kemampuan membuat lubang bor berdiameter 0,8-3,6 m. Cara kerjanya, rig akan berputar masuk ke tanah sampai terisi penuh oleh tanah, kemudian ditarik kembali ke atas dan diayun supaya tanah yang menempel lepas dari pisaunya.
Alat ini efektif pada jenis tanah dan batuan lunak. Tetapi karena di lapangan biasanya mengalami kesulitan pada saat pengeboran, para kontraktor bisanya memilih mesin bor lainnya atau mengganti pisaunya dengan yang lebih baik. Pisau berbentuk spiral melancip akan membantu dalam pengeboran tanah yang keras dan batuan.
Selain itu juga terdapat beberapa peralatan lain seperti bucket auger. Berfungsi untuk mengumpulkan basil galian dalam keranjang berbentuk spiral dengan cara mengambil tanah dari galian ke atas dan dibuang, alat ini biasanya berfungsi baik pada tanah pasir.
Kedua, belling buckets. Ajar ini mempunyai keistimewaan dengan ukuran yang lebih bcsar pada bagian dasarnya. Pembesaran vol­ume biasanya disebut bells atau finder reams. Ketiga, core barrels. Alat pemotong berbentuk lingkaran, membuat dan menggali bentuk silinder. Alat ini biasanya digunakan pada tanah dan batuan keras.
Keempat, multi roller Alat ini hanya digunakan untuk batuan keras. Kelima  cleanout bucket yang berfungsi untuk memindahkan hasil galian akhir dari lubang bor dan membuat dasar pengeboran menjadi lebih bersih. Tiang tahanan ujung membutuhkan tipe bucket seperti ini.

Metode Konstruksi Tiang Bor
     Cara kuno untuk konstruksi tiang bor adalah dengan menggali secara manual, kemudian melakukan pengecoran beton. Jenis tiang bor yang dikerjakan dengan cara ini sering disebut tiang Strauz. cara ini amat membatasi kedalaman dan jenis tanah yang dapat ditembus, sehingga terutama hanya digunakan umuk bangunan residential atau bangunan ringan lainnya. Dengan ditemukannya alat-alat bor modern, maka pelaksanaan konstruksi menjadi lebih mudah. untuk suatu jenis  alat pembor, lama waktu pemboran  tergantung dari kemampuan dan tenaga dari mesin.

 Pengeboran Dengan Cara Kering (dry method)
                        Cara ini membutuhkan tanah jenis kohesif dan muka air tanah berada pada kedalaman di bawah dasar lubang bor, atau jika permeabilitas tanah sedernikian kecilnya sehingga pengecoran beton dapat dilakukan sebelum pengaruh air terjadi.

                   Pemboran dengan casing
                        Casing diperlukan karena runtuhan tanah (caving) atau deformasi lateral dalam lubang bor dapat terjadi. Perlu dicatat bahwa slurry perlu dipertahankan sebelum cosing masuk. Dalam kondisi tertentu, casing harus dimasukkan dengan menggunakan vibrator. Penggunaan casing harus cukup panjang dan mencakup seluruh bagian tanah yang dapat runtuh akibat penggalian dan juga diperlukan bila terdapat tekanan artesis.
                        Kadang kala casing sukar dicabut kembali bila beton sudah mengalami setting, tetapi sebaliknya casing tidak boleh dicabut mendahului elevasi beton karena tekanan air di sekeliling dinding dapat menyebabkan curing beton tidak sempurna. Casing juga dibutuhkan pada pengecoran di atas tanah atau di tengah-tengah air misalnya pada pondasi untuk dermaga atau jembatan.

Pelaksanaan dengan Slurry
     Metode ini hanya dapat dilakukan untuk suatu situasi yang membutuhkan casing. Perlu dicatat di sini bahwa tinggi slurry dalam lubang bor harus mencukupi untuk memberikan tekanan yang lebih tinggi dari tekanan air di sekitar lubang bor. Bentonite yang dieampur dengan air adalah bahan yang dipakai sebagai siurry. Umumnya diperlukan bentonite sebanyak 4% hingga 6% untuk pencampuran tersebut.
     Dalam penggunaan slurry, umumnya, dikehendaki agar tidak membiarkan bahan ini terlalu lama dalam lubang galian sehingga campuran tersebut tidak menyebabkan suatu bentuk bahan kental (cake) yang menempel di dinding lubang bor. Bila lubang bor telah siap, maka anyaman tulangan segera dimasukkan. selanjutnya  dimasukkan treminya.
     Merangkai tulangan dan memasukkan tulangan ke dalam lubang bar susunan tulangan untuk pondasi tiang bor ditentukan oleh besarnya gaya-gaya dalam (momen, geser clan gaya normal) yang dihitung oleh perencana. Dalam banyak hal, bilamana tiang bor hanya hanya memikul  beban lateral di kepala tiang, maka tulangan tidak harus sampai ke dasar pondasi. Cukup sampai posisi di mana gaya- gaya tersebut harus dipikul oleh beton dan tulangan bersama-sama.
     Tetapi bilamana tiang bor digunakan sebagai shoulder pile, tuiangan umumnya harus dipasang pada seluruh kedalaman. Karena momen terbesar berada di sekitar kedalaman batas galian, maka kerapatan tulangan lebih besar  pada lokasi tersebut.
     Aspek penting lain dalam tulangan adalah kekakuan yang harus dipertahankan pada saat pengangkatan tulangan, agar tidak berubah bentuk dan tetap lurus pada saat rnasuk ke dalam lubang bor. Untuk memproleh bentuk yang silindris kadang-kadang diperlukan pengkaku (stiffener) pada penampang melintang dan tulangan. Tahu beton (concrete decking) dapat diperlukan untuk mempertahankan adanya selimut beton pada sisi luar tulangan.

Pengecoran beton
     Umumnya untuk pekerjaan besar digunakan mixer beton yang dikirim dalam truk-truk mixer, schingga kualitas beton dapat mencapai keseragaman yang lebih baik. Untuk memasukkan beton ke dalam lubang bor harus digunakan pipa tremi rerutama dimana muka air tanah cukup tinggi. Bilamana beton dijatuhkan 5ecara bebas ke dalam lubang bor diperkirakan dapar teriadi segregasi dan muncul rongga-rongga yang sulit dikontrol.
     Pengecoran beton ke dalam lubang bor tidak bolch terputus. .Slump beton urnumnya diambii cukup tinggi untuk memastikan beron mengisi seluruh rongga ke dalam lubang dan membentuk selimut beton yang melindungi tantangan dari air dan tanah disekitarnya.
     Untuk memasukan beton pertama kali melalui pipa tremi, umumnya diberi penyumbat  agar beton dapat masuk ke dalam lubang bor tanpa bercampur dengan air dan tanah. sebagai penyumbat, dapat digunakan beberapa cara, di antarany menggunakan pasta semen atau campuran pasta semen clan polypropylene.

Pengendalian mutu
     Pengendalian mutu untuk pelaksanaan pembuatan pondasj . tiang bor meliputi pemeriksaan kondisi tanah pacla saar pengeboran, cara handling dan penempatan tulangan, mutu beton clan pengukuran volume beton.
     Pengawasan mutu yang diperlukan untuk lubang bor adalah pemeriksaan alignment yang terakhir, jenis tanah yang diperoleh dan pembersihan dasar lubang.

Bor pile dengan grouting pada ujung tiang
     Zona kaki tiang bor (bore pile) umumnya terganggu prosedur konstruksi secara normal. Gangguan ini dapat terjadi akibat relaksasi tegangan akibat dari penggalian lapisan tanah di atasnya, aliran air tanah ke dalam lubang galian dan proses pengeboran itu sendiri. Gangguan pada tanah ini umumnya sulit bahkan tidak mungkin untuk dihindari.
     Pelaksanaan grouting di kaki pondasi meliputi tahapan-tahapan. Pertama, pemasangan pipa grout pada saat persiapan pembuatan tu!angan. Kedua, seteiah beton pada taiang mengeras, injeksikan. grout bertekanan tinggi ke kaki tiang yang akan mengakibatkan tanah di dasar pondasi tiang memadat.
     Teknik grouting bervariasi metodenya sehingga hasilnya akan berbeda. Variasi tersebut tergantung daripada sistem distribusi grout, ada tidaknya gravel pack di kaki pondasi, penggunaan grouting permeasi atau kompaksi, dan lain-lain.
           
3.      Tiang Franki/franki Pile
Sistem farnki pile, dilihat dari proses pelaksanaannya, menggunakan kombinasi antar pemncangan dan pengecoran, yaitu dengan cara:
a.     Membuat lubang dengan cara penumbukan material dalam pipa cashing sampai mencapai elevasi yang disyaratkan
b.     Ke dalam lubang yang ada diisi penulangan kemudian di cor beton.
Urutan pelaksanaan Franki Pile dapatdijelaskan sebagai berikut:
a.    Temporary cashing ditancapkan pada posisi titik tiang, kemudian diisi adukan beton kering secukupnya sebagi sumbat (plug)
b.    Plug ditumbuk dengan hammer, dan plug akan turun diikuti oleh pipa cashing, air tanah tidak akan masuk ke pipa cashing karena ada plug
c.    Setelah mencapai kedalaman yang dikehendaki, cashing ditahan dan plug tetap ditumbuk sampai keluar dari pipa cashing

2.6 SANITASI (Sanitation)
          Sanitasi adalah suatu usaha untuk memberikan fasilitas di dalam rumah yang dapat menjamin agar keadaan di dalam rumah selalu bersih dan sehat. Usaha ini harus ditunjang oleh adanya penyediaan air bersih yang cukup dan pembuangan air kotoran yang lancar.
            Pada banguanan bertingkat diperlukan pompa air untuk menaikkan air dari sumber bawah di bawah ke bak atas yang kemudian akan mendistribusikan ke lantai bangunan yang membutuhkan. Aliran air dari bak atas ke lantai bangunan akan berjalan secara gravitasi, artinya air mengalir karena adanya beda tinggi, oleh karena itu letak bak air atas harus lebih tinggi 3 m atau lebih, dari tinggi lantai tingkat yang tinggi, agar air masih dapat mengalir ke semua lantai tingkat.
         Alat pembuangan air kotor dapat berupa:
1.               Kamar mandi, wahtafel, kran-kran cuci, WC dan Dapur.
       Air dari kamar mandi tidak boleh di buang bersama-sama dengan air dari WC maupun dari dapur, jadi masing-masing harus dibuat pipa-pipa pembuang sendiri-sendiri. Pipa-pipa pembuangan dapat diletakkan pada satu Shaft. Bila tidak ada shaft, pipa-pipa dapat dipasang didalam kolom-kolom beton dari atas sampai bawah.
    Setelah sampai bawah, semua pipa/saluran pembuangan air kotor harus merupakan saluran tertutup didalam tanah, agar tidak menyebarkan bau yang tidak sedap dan mencegah tersebarnya bibit penyakit.
       Bahan untuk pipa pembuangan dapat di pakai pipa galvani, pipa pralon. Bila pipa di tanam dalam kolom beton sebaiknya digunakan pipa galvani.
       Semua pipa di WC harus masuk terlebih dahulu ke bak septic tank, untuk proses penghancuran kotoran, kemudian baru di samakan ke sumur resapan atau riool kota bersama-sama air kamar mandi, dapur, dan kran-kran cuci.
      Pipa air hujan dipasang pada talang atas, sampai ke bak kontrol di bawah yang telah dipasang sepanjang saluran terbuka sekeliling bangunan. 
    Turunnya pipa boleh diluar dinding atau kolom, bila menghendaki tidak tampak dapat di masukkan ke dalam kolom. Pada lubang masuk di atas talang di beri saringan untuk mencegah benda-benda yang besar ikut masuk ke dalam pipa yang dapat menyumbat jalannya aliran air.
     Di bawah lantai tingkat, semua pipa sanitasi di beri lubang kontrol, yang sewaktu-waktu dapat di buka bila terjadi kemacetan aliran air buangan. Lubang kontrol berupa ujung pipa yang di tutup dengan penutup yang dapat di buka secara mudah.
    Kebocoran pada saluran pembuang dilantai atas akan sangat mengganggu dan merugikan penghuni di lantai bawahnya. Untuk mencegah hal ini sebaiknya semua pipa pembuang di uji kerapatannya, sebelum di tutup dengan tegel, agar tidak terjadi pekerjaan pembongkaran lantai yang sudah terjadi.

2.7 PELENGKAP GEDUNG (Mechanical and Electrial Equipment for Bulding)

   2.7.1 Listrik
            Sumber listrik adalah untuk penerangan.Umumnya di ambil dari PLN,bila belum ada jaringan listrik di tempat itu dapat pula di pakai generator,yaitu alat pembangkit tenaga listrik yang digerakkan oleh mesin diesel.
            Pipa listrik di bawah plafon harus tertanam di dalam plesteran dinding,sedang jarimgan kabel di atas plafon harus dipasang rapi dengan kait kait penguat,masing-masing kabel positif dan negatif harus di pasang sejajar dengan jarak 10 cm atau lebih.
            Pada lantai beton yang bawahnya tidak ada plafon,pipa listrik harus di tanam dalam beton.Semusa pipa dipasang lengkap sebelum beton di cor,Untuk memudahkan penarikan kabel,listriknya nanti didalam pipa diberi kawat dahulu dan di periksa benar-benar agar tidak ada adukan beton yang masuk ke dalam pipa.

   2.7.2 Tangkal Petir
            Sebuah benda yang menjorok tinggi di banding benda benda di sekitarnya,akan lebih besar kemungkinan disambar petir,demikian pula dengan bangunan tinggi.
            Untuk melindungi bangunan dan penghuninya dari sambaran petir maka pada bangunan tinggi sangat perlu dipasang alat penangkal petir yang dipasang pada bagian atas yang tertinggi.
Sketsa penangkal petir
            Pemasangan tangkal petir ini juga dilaksanakan oleh perusahaan installatir listrik yang telah mendapat rekomendasi dari PLN.
            Tiang penerima petir yang dipasang diatas atap harus dihubungkan ke tanah oleh kabel yang ditanam sampai mencapai air tanah terendah setinggi 2 m di atas permukaan tanah kabel ini harus di bungkus dengan pipa untuk mencegah penyebaran aliran petir yang dapat membahayakan orang yang lewat di dekatnya.
            Ada 2 jenis alat tangkal petir yang ada dipasaran yaitu :
1.         Akat tangkal petir biasa,dapat di kerjakan oleh installatir pada umumnya.Bersifat hanya menerima bila ada petir yang menghampiri gedung tersebut
2.         Alat tangkal petir radioaktif,untuk pemasangannya harus ada rekomendasi dari BATAN (Badan Atom Nasional),bersifat menangkap bila ada petir yang ada di sekitar gedung tersebut (dalam radius tertentu)

    2.7.3 Pompa Air
            Alat ini untuk menaikkan air ke atas ke bak penampung yang di pasang lebih tinggi dari ketinggian lantai tingkat,agar air nantinya dapat mengalir ke semua lantai tingkat.
            Pompa umumnya mempunyai daya dorong lebih besar di bandingkan daya hisapnya ,oleh karena itu pompa lebih banyak dipasang didekat permukaan air dari sumber yang akan diambil.Setiap pompa memiliki spesifikasi dan kekuatan yang berbeda beda,untuk  memilih pompa harus di ukur lebih dahulu kedalaman air yang dapat dihisap dan ketinggian bak penampung yang akan di suplai.
            Pipa antara sumber air dan pompa tidak boleh bocor karena bila ada udara yang terhisap oleh pompa,maka air tidak dapat mengalir ke atas.Diameter pipa juga ditentukan oleh spesifikasi pompanya.
            Pompa dapat bekerja dengan di beri aliran listrik bila di tempat itu tidak ada listrik dapat dipilih pompa yang dapat digerakkan oleh tenaga manusia.Pompa ini tidak efisien dan sangat memboroskan tenaga.Sebaiknya digunakan dalam keadaan darurat saja bila aliran listrik mati.

2.7.4 Alat Komunikasi dan AC
        Pelengkap gedung lain yang dapat menunjan aktifitas penghuni antara lain : telepon/interkom,yaitu alat komunikasi antara ruang didalam gedung maupun komunikasi dengan pihak luar gedung.
         AC ( Air Conditioner) yaitu alat untuk menyejukkan dan memberikan udara segar dalam ruangan.Untuk memasang AC perlu di perhatikan berbagai hal sebagai berikut :
1.         Harus di cegah sebanyak mungkin masuknya sinar matahari ke dalam ruangan,misalnya menggunakan kaca riben.

Rangkaian Komunikasi
Rangkaian AC
 Plafon di buat cukup rendah agar volume ruangan yang di dinginkan tidak terlalu besar.
3.         Dalam ruangan sebainya menggunakan bahan bahan interior yang dapat menyimpan dingin dalam waktu lama.
4.         Untuk menjaga kesejukan dan kesegaran udara dalam ruangan disarankan tidak merokok atau membuat asap,debu didalam ruangan ber-AC.
5.         Ruangan ber-AC harus selau dalam keadaan tertutup.
AC dipasang secara  :Sentral AC dan Local AC.
            Sentral AC hanya dibutuhkan satu unit mesin pendingin untuk mensuplai hawa dingin ke seluruh ruangan.
            Local AC hanya dip[akai dan dipasang pada setiap ruangan.Jadi kalu hanya satu ruangan yang membutuhkan AC cukup dihidupkan AC pada ruangan tersebut saja,ini akan menghemat pemakaian tenaga listriknya.

     2.8    PELAKSANAAN PEKERJAAN
Untuk mendirikan suatu bangunan, perlu dilakukan tahap pekerjaan sebagai berikut:
                                         1. Perencanaan : Membuat gambar-gambar rencana bangunan dengan lebih dahulu mengadakan study
 kelayakan pada lokasi bangunan akan didirikan, gambar rencanakan harus disertai hitungn konstruksi untuk bangunan bertingkat. Dilengkapi dengan rencana Anggara Biaya (RAB) dan Rencana Kerja & Syarat (RKS). Untuk perencanaan pondasi perlu dilakukan test tanah.
                                         2. Mengurus IMB : Semua bangunan yang akan dibuat harus mempunyai Ijin Mendirikan Bangunan (IMB)
                          yang dapat diminta pada kantor Pekerjaan Umum (PU), ijin ini harus sudah diperoleh sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai.
                                         3. Pelaksanaan : Setelah gambar rencana dan bestek (syarat-syarat pekerjaan) serta IMB selesai diurus
                           maka pelaksanaan pekerjaan dapat dimulai, berikut ini diberikan beberapa pengetahuan dalam pelaksanaan pekerjaan.
Dalam pelaksanaan pekerjaan suatu proyek bangunan, perlu disiapkan lebih dahulu tentang:
1.        Tenaga pelaksana, mulai dari pemimpin lapangan sampai tenaga kasar, dipilih tenaga yang berpengalaman untuk menjamin kenancaran pekerjaan dan memperoleh mutu konstruksi yang dapat dipertanggungjawabkan,
2.        Alat-alat kerja yang diperlukan, harus cukup memadai,
3.        Dana yang cukup, untuk menjamin persediaan bahan bangunan agar selalu ada dan cukup.

Ada tiga tahapan pekerjaan, yaitu :
         1.      pekerjaan persiapan,
         2.      pekerjaan Fisik bangunan, dan
         3.      pekerjaan akhir.

2.8.1 Pekerjaan persiapan
            Pada tahap pekerjaan ini dibuat:
1.      Pagar keliling untuk keamanan proyek dan mencegah pencurian,
2.      Kantor kerja pelaksana sebagai tempat untuk memimpin dan mengatur jalannya pekerjaan dan tempat menempel gambar-gambar rencana, gambar kerja dan rencana waktu kerja (time schedule, network planning),
3.      Barak-barak kerja untuk membuat kosen pintu/jendela, membuat tulangan dan juga sebagai tempat istirahat tukang,
4.      Gudang untuk menyimpan bahan-bahan bangunan yang dapat rusak oleh panas dan hujan, juga untuk melindungi bahan dari pencurian,
5.      Sumur untuk mendapatkan air-kerja, bila sumber air di tempat itu sulit diperoleh. Perlu diketahui bahwa pemakaian air untuk proyek bangunan adalah sangat banyak dan sangat vital dipakai pada pekerjaan konstruksi.

Pekerjaan persiapan harus sudah selesai sebelum pekerjaan fisiknya dimulai dan sebelum ada kiriman bahan bangunan, beaya pekerjaan ini dapat dimasukkan sebagai beaya pekerjaan tambah pada daftar harga borongan bangunannya.

2.8.2 Pekerjaan Fisik
            Pada tahap pekerjaan ini meliputi pekerjaan-pekerjaan yang semuanya ada hubungannya dengan bangunan yang akan dibuat, urutannya adalah sebagai berikut.
       1.      Pekerjaan pengukuran:
           a.     menentukan as-as kolom utama, jarak antara dinding penyekat, elevasi lantai ±0.00 yang direncanakan, kedalaman fondasi, pekerjaan pengukuran ini desebut juga : Uitzet,
           b.      pemasangan Bouwplank sekeliling bangunan yang akan didirikan, sebagai pedoman tinggi dan jarak as-as bangunan, bouwplank ini tidak boleh diganggu atau rusak selama berlaku sebagai pedoman kerja. Ongkos    tukang untuk pengukuran dihitung per m2 luas bangunan.
        2.      Pekerjaan pondasi:
a.         menggali tanah untuk pondasi, bila volume tanah galian terlalu banyak harus diperhitungkan juga beaya untuk  membuang ke luar,
c.         membuat pondasi pada kedalaman yang telah direncanakan diukur dari sisi atas papan Bouwplank,
d.      setelah lubang galian dipasangi pondasi, maka sisa galian diurug kembali dengan tanah bekas galian dicampu pasir dan dipadatkan.Ongkos pekerjaan galian dan pasang pondasi dihitung per m3 volume.
        3.      Pekerjaan beton:
a.         membuat papan bekesting dan memasang sebagai alat untuk mencetak konstruksi beton, ongkos tukang dihitung per m2 luas cetakan, papan cetakan ini dipasang pada kayu-kayu penyangga (perancah) yang beayanya dihitung per batang,
b.        pekerjaan membuat dan menyetel tulangan di atas papan cetakan, ongkos tukang dihitung per kg berat dari baja tulangan,
c.         pekerjaan beton meliputi : mengaduk bahan susun, mengangkut adukan beton dan mencor di bagian konstruksi yang telah diberi cetakan, selama 14 hari diberikan perawatan beton, ongkos tukang dihitung per m3 volume beton yang dicetak,
d.        membongkar papan cetakan setelah betonnyha cukup kuat mendukung beban diatasnya yaitu setelah beton berumur 3 minggu sejak dicor.
  4.    Pekerjaan kosen:
a.    Membuat kosen pintu dan jendela sesuai bentuk rencana, pekerjaan ini dapat dimulai bersamaan  pekerjaan pengukuran, ongkos tukang dihitung per m3 volume kayu yang dipakai,
b.        Membuat daun pintu dan daun jendela, serta memasang pada kosennya, ongkos tukang dapat dihitung perbuah daun pintu.
      5.    Pekerjaan pasangan bata:
a.         Dinding penyekat dari pasangan bata dikerjakan bersamaan dengan menyetel kosen pintu dan jendela, ongkos tukang dihitung per m2 pasangan atau per m3,
b.        Plesteran penutup pasanan, sebaiknya dikerjakan setelah pipa-pipa listrik dan pipa air terpsang, agar ridak terjadi pembongkaran plesteran yang telah jadi baik, plesteran sebaiknya juga terlindung dari panas dan hujan. Oleh karena itu dikerjakan setelah atap bangunan terpasang, ongkos tukang dihitung per m3 luas dinding, sedang sponnengannya dihitung per m panjang.
    6.    Pekerjaan atap:
a.         Membuat kuda-kuda dibawah dan menyetel di atas pasangan yang sudah jadi, dalam hal ini yang dimaksud adalah kuda-kuda baja dapat diborongkan pada tukang baja,
b.        Memasang penutup atap, membuat kerpus, talang, lisplang dan pipa ait hujan dikerjakan bersamaan, ongkos dihitung per m2 luas.
    7.    Pekerjaan plafon:
a.         Membuat rangka plafon untuk memperoleh bentuk plafon yang dikehendaki,
b.        Memasang penutup plafon dari bahan yang telah dipotong-potong sesuai ukutan rangka plafonnya, ongos tukan dihitung per m2.
   8.    Pekerjaan sanitasi:
a.         Memasang pompa air, membuat bak penampung atas dengan pipa-pipa airnya,
b.        Memasang tegel kamar-mandi, membuat bak dan saluran pembuangannya dengan bak-kontrol, dapat langsung ke sumur resapan,
c.         Memasang WC dan saluran pembuangan yang menuju ke Septic Tank,
d.        Membuat dapur dan bak cuci alat-alat dapur dan saluran, pembuang ke bak lemak,
e.         Memasang washtafel dan kran-kran pencuci lain.
Ongkos tukang dapat dirunding sesuai volume pekerjaan, untuk pemasangan pipa air di hitung per m panjang.
    9.    Pekerjaan tegel:
a.         Memasang tegel lantai sebaiknya setelah bangunan tertutup atap, selama 2 minggu setelah tegel dipasang dan di ‘kolot’, tidak boleh diinjak-injak atau deberi beban di atasnya,
b.        Poles dan slep tegel agar halus dan memberi warna yang indah, biasanya dikerjakan oleh pabrik pembuat tegelnya. Ongkos tukang dihitung per m2 luas lantai.
       10.  Pekerjaan cat:
a.         Cat dinding dan plafon, sebelumnya diplamur untuk menutup pori-pori dan menghaluskan permukaan, pekerjaan cat sebaiknya dilakukan setelah plesteran cukup kering dan terlindung oleh atap,
b.        Cat kayu dimulai dengan memberi meni sebagai dasar, kemudian diplemur dan digosok dengan ampelas supaya permukaan kayu halus, setelah itu baru dapat diberi cat sesuai warna yang diinginkan beberapa lapis, bila kayu ingin diplitur tidak perlu diberi meni dan plamur.
Ongkos pekerjaan cat dihitung per m2 permukaan yang dicat.
Pekerjaan pekerjaan lain dapat desesuaikan dengan kebutuhan penghuni yang bersangkutan.

2.8.3 Pekerjaan Akhir
            Pekerjaan akhir adalah pekerjaan kontrol terhadap pekerjaan yang sudah selesai dilaksanakan, nila ada yang rusak atau salah harus diperbaiki lagi, bila ada yang belum sempurna dapat dibenarkan pembuatannya. Setelah dianggap cukup memenuhi syarat, maka tahap selanjutnya adalah pembersihan terhadap sisa-sisa bagan bangunna untuk dinuang ke luar dari lokasi bangunan agar tampak bersih dan sehat. Semua bangunan kantor, barak kerja, gudang dapat dibongkar dan bahannya disingkirkan ke luar. Pagar pengaman dapat diganti dengan pagar permanen yang bentuknya dapat dibuat indah sesuai selera, dapat dibuat taman dan halaman untuik menambah asri bangunannya.


BAB III.  KESIMPULAN DAN SARAN

            Bangunan tinggi berbeda dengan bangunan bertingkat.Bangunan tinggi adalah bangunan yang mempunyai struktur tinggi.Bangunan tinggi merupakan bangunan yang tingginya kurag lebih 15 m – 150 m.
            Bangunan tinggi jauh lebih berisiko dibandingkan dengan jenis bangunan lainnya.Oleh karena itu di butuhkan perencanaan yang matang dalam pembangunannya.
            Struktur bangunan tinggi biasanya dilengkapi dengan plumbing, telekomunikasi, transportasi, pemadam kebakaran, penangkal petir, sistem pembuanagan sampah, saluran air hujan serta sirkulasi udara.